ASPIRASI / INSPIRASI

Ilmu Massa, Turath, Sejarah. Analisa Kajian Budaya Pemikir. Peradaban Insani Kalbu Akal Mencerah. Hakikat Amal Zikir Dan Fikir. Ilmu, Amal, Hikmah Menjana Pencerahan. Ulul-Albab Rausyanfikir Irfan Bistari. Tautan Mahabbah Mursyid Bimbingan. Alam Melayu Alam Islami Tamadun Melayu Peradaban Islami. Rihlah Ilmiah Menjana Pencerahan Pemikiran, Kefahaman & Ketamadunan (Ilmu,Amal,Hikmah & Mahabbah) - Inspirasi: Rizhan el-Rodi

Syeikh Ibrahim al-Dusuqi



SYEKH IBRAHIM AL-DUSUQI
Syeikh Ibrahim Dusuqi dilahirkan pada tahun 623 H di Dusuq, Mesir. Syekh Ibrahim Dusuqi bin Abd Aziz Abu al-Majd bin Ali Quraish bin Muhamad Abi Redha bin Mohamad an-Najjar bin Ali Zainal Abidin bin Abdul Khaliq bin Mohamad at-Tayyib bin Abdullah al-Kattam bin Abdul al-Khaliq bin Abi al-Qasim bin Jaafar al-Zaki bin Ali al-Hadi bin Imam Mohamad al-Jawad bin Imam Ali Redha bin Imam Musa al-Kazim bin Imam al-Ja’far as-Sodiq bin Imam Mohamad al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam al-Hussin bin Saidina Ali dan Saidatina Fatimah az-Zahra’ binti Saidina Mohamad SAW. Manakala ibunya Sayyidah Fatimah as-Syaziliah binti Abdullah merupakan saudara perempuan kepada Syeikh Abu al-unya Sayyidah Fatimah binti Abdullah bin Abd Jabar, saudari tokoh sufi terkenal Abu Hasan Syazili.

Syekh Ibrahim Dasuqi ini juga mempunyai silsilah satu nasab dengan Sayyid Ahmad Badawi keturunan kesepuluh Sayyid Ja’far al-Turki bin Ali al-Hadi.. Beliau belajar ilmu bahasa, agama dan menghafal Al Qur’an dan hadis , Fekah mazhab as-Syafi dimana beliau juga bermazhab as-Syafei.

Tariqah beliau ini dikenal dengan nama Tariqah Burhamiah yang diambil dari namanya atau Tariqah Dusuqiah, diambil dari nama tempatnya. Syeikh Ibrahim Dusuki dan para pengikutnya ini memakai serban warna hijau sementara serban yang dipakai oleh Sayid Badawi dan para pengikutnya berwarna merah, sedangkan para pengikut Tariqah Rifaiyah berwarna hitam.

Sultan Zahir yangmendengar tentang keilmuan Syeikh Ibrahim Dusuqi telah melantiknya sebagai Syekh Islam, maka beliau menerima jabatan itu dan melaksanakan tugasnya tanpa mengambil gajinya, tapi membagikan gaji dari jabatan ini kepada pada fakir miskin dari kalangan muslimin. Sultan juga membangun sebuah tempat pertemuan untuk Syekh dan para muridnya dalam belajar memahami agama, jabatan ini tetap dipegang oleh Syekh Ibrahim sampai meninggalnya Sultan . setelah sultan meninggal, beliau mengundurkan diri, meluangkan waktunya bagi para muridnya.

Maulana Syeikh ini adalah seorang yang berani tidak menghampiri kepada penguasa dan tidak takut akan celaan orang-orang yang mencela di dalam menyebarkan agama Allah. Syekh Jalaludin al-Kharkhi bercerita; bahawasannya Syekh Dusuqi ini pernah berkirim surat kepada Sultan Asyraf Khalil bin Qalawun yang berisi kritikan pedas padanya, karena perbuatan zalim yang dilakukan kepada rakyat. Maka Sultan pun murka dan memanggil Syekh, tapi Syekh Dusuqi ini menolak untuk mendatangi panggilan ini dan berkata: ”Aku tetap di sini, siapa yang ingin bertemu saya, maka dialah yang harus menemuiku”. Dan Sultan pun tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Syekh karena dia tahu posisinya di sisi masyarakat, maka diapun datang kepadanya dan minta maaf. Dan Syekh pun menyambutnya dengan baik dan memberi khabar gembira akan kemenangannya dalam peperangan melawan tentara salib, dan memang terbuktilah kemudian kemenangan itu.

Dicatatkan bahwa Syekh al-Itris yang dimakamkan di samping Sayidah Zainab di Kaherah adalah saudara Syekh Dusuqi. Syekh Dusuqi ini di samping menguasai bahasa arab juga menguasai bahasa asing lain seperti bahasa Suryaniyah dan Ibriyah, beliau telah menulis sejumlah buku dan risalah dalam bahasa Suryaniyah.

Syekh Dusuqi meninggalkan banyak kitab dalam bidang fiqih, tauhid, dan tafsir. yang paling terkenal adalah kitab yang masyhur di sebut “Al-Jawahir” atau “Al-Haqaiq”, dan juga Qasidah.
Maulana Syeikh Ibrahim ad-Dusuqi mempunyai pelbagai gelaran iaitu;

Abu al-Ainain, Syekhul al-Islam, Imam Syariat dan Hakikat, Rais ad-Diwan, Ghaus al-Iwan, Qutub al-Aqtab, Burhan Millah Wa ad-Din, Qutub ad-Dakwah wa al-Irsyad, Qutub al-Fard al-Jami’ al-Hasib an-Nasib al-Labib as-Syarif, Kibar al-Arifin, Sultan al-Auliyaa’ dan Hujjatul at-Tauhid..
Beliau wafat kurang lebih tahun 676 H dalam usia umur 43 di Dusuq, dan dimakamkan di zawiyyah-nya dimana beliau selalu beribadah di dalamnya. berdekatan makamnya, ada makam saudara sekaligus penggantinya iaitu Sayyid Musa Abu al-Imran.

Masyayikh al-Azhar

The Grand Imams of Al-Azhar Shuyukhul Azhar
Al-Azhar Mosque

Al-Azhar is the world's oldest university, older than Cambridge or Oxford. Situated at the heart of Cairo, Egypt's capital, Al-Azhar has been the greatest learning centre for Muslims since it was first built by the Fatimid dynasty in the 10th century AD.
The Fatimids were of Shiah belief. They erected Al-Azhar as an institution to propagate the teachings of the Isma'iliya madhhab. When the Ayyubids took over Egypt, they turned Al-Azhar into a school that taught the Sunni understanding of Islam.
Rich in tradition and knowledge, Al-Azhar had produced brilliant ulama throughout history. Examples of Imam Suyuti, Imam Ibn Hajar 'Asqalani and Imam Ibn Hajar Al-Haitami bejeweled its glorious past. Contemporary ulama produced by this university include Shaykh Ghazali and Shaykh Sha`rawi. With thousands of others, these giants of Islamic knowledge became the symbol of Al-Azhar supreme position among Muslims, something unrivalled thus far.
Today, Al-Azhar is not just a university, but an institution that vanguard the teachings of Sunni Islam, and an umbrella body to which thousands of ulama affiliate themselves with. The Head of Al-Azhar, called the Grand Imam (Imamul Akbar Shaykhul Azhar), was previously appointed by a committee of Azharian top scholars (shuyukh). But now it is under the appointment from the Egyptian President from the advice of the committee. Recently however, the Egyptian government is getting inclined to leave the matter of appointment purely in the hands of the Azharian ulama.

The Shuyukh of Al-Azhar (The Grand Imams)
1. [ ???? - 1690 ] Shaykh Muhammad al-Kharashi
2. [ 1690 - 1694 ] Shaykh Ibrahim al-Baramawi
3. [ 1694 - 1708 ] Shaykh Muhammad al-Nasharti
4. [ 1708 - 1711 ] Shaykh Abd al-Baqi al-Qillini
5. [ 1711 - 1720 ] Shaykh Muhammad Shannan
6. [ 1720 - 1724 ] Shaykh Ibrahim al-Fayyumi
7. [ 1724 - 1757 ] Shaykh Abd-Allah al-Shabrawi
8. [ 1757 - 1767 ] Shaykh Muhammad al-Hifni
9. [ 1767 - 1768 ] Shaykh Abd al-Ra'uf al-Sijjini
10. [ 1768 - 1776 ] Shaykh Ahmad al-Damanhuri
11. [ 1778 - 1793 ] Shaykh Ahmad al-Arousi
12. [ 1793 - 1812 ] Shaykh Abd-Allah al-Sharqawi
13. [ 1812 - 1818 ] Shaykh Muhammad al-Shanawani
14. [ 1818 - 1829 ] Shaykh Muhammad al-Arousi
15. [ 1829 - 1830 ] Shaykh Ahmad al-Damhugi
16. [ 1830 - 1834 ] Shaykh Hassan al-Attar
17. [ 1834 - 1838 ] Shaykh Hassan al-Quwaisni
18. [ 1838 - 1847 ] Shaykh Ahmad Abd al-Jawwad
19. [ 1847 - 1860 ] Shaykh Ibrahim al-Bayguri
20. [ 1864 - 1870 ] Shaykh Mustafa al-Arousi
21. [ 1870 - 1882 ] Shaykh Muhammad al-Abbasi
22. [ 1882 - 1882 ] Shaykh Muhammad al-Inbabi
23. [ 1882 - 1886 ] Shaykh Muhammad al-Abbasi
24. [ 1886 - 1895 ] Shaykh Muhammad al-Inbabi
25. [ 1896 - 1900 ] Shaykh Hassouna al-Nawawi
26. [ 1900 - 1900 ] Shaykh Abd al-Rahman al-Nawawi
27. [ 1900 - 1904 ] Shaykh Selim al-Bishri
28. [ 1904 - 1905 ] Shaykh Ali al-Biblawi
29. [ 1905 - 1909 ] Shaykh Abd al-Rahman al-Shirbini

30. [ 1909 - 1909 ] Shaykh Hassouna al-Nawawi
31. [ 1909 - 1916 ] Shaykh Selim al-Bishri

32. [ 1916 - 1927 ] Shaykh Muhammad Abu al-Fadl al-Gizawi

33. [ 1928 - 1929 ] Shaykh Muhammad Mustafa al-Maraghi
34. [ 1929 - 1935 ] Shaykh Muhammad al-Ahmadi al-Zawahri
35. [ 1935 - 1945 ] Shaykh Muhammad Mustafa al-Maraghi
36. [ 1945 - 1947 ] Shaykh Mustafa Abd al-Raziq
37. [ 1948 - 1950 ] Shaykh Muhammad Ma'moon al-Shinnawi
38. [ 1950 - 1951 ] Shaykh Abd al-Majid Selim

39. [ 1951 - 1952 ] Shaykh Ibrahim Hamrush
40. [ 1952 - 1952 ] Shaykh Abd al-Majid Selim
41. [ 1952 - 1954 ] Shaykh Muhammad al-Khidr Husayn

42. [ 1954 - 1958 ] Shaykh Abd al-Rahman Taj
43. [ 1958 - 1963 ] Shaykh Mahmud Shaltut

44. [ 1963 - 1969 ] Shaykh Hassan Ma'moon
45. [ 1969 - 1973 ] Shaykh Muhammad Muhammad al-Fahham
46. [ 1973 - 1978 ] Shaykh Abd al-Halim Mahmud

47. [ 1979 - 1982 ] Shaykh Muhammad Abd al-Rahman Bisar

48. [ 1982 - 1996 ] Shaykh Jadul-Haqq Ali Jadul-Haqq
49. [ 1996 - Currently ] Shaykh Muhammad Sayid Tantawi
Shaykh Muhammad al-Kharashi
The first shaykh to become the grand-imam of al-Azhar. Before his appointment, Al-Azhar never had an organizational supreme at its top. The organization of the institution was left to the Sultans and the princes. With the increase in the number of students attending the institution, it was inevitable to have a superior at the top level of the institution to organize its activities.
Shaykh al-Kharashi was born in the village of Abu-Khirash (Buhayra Province) in 1601 [1010 H]. He studied in al-Azhar the knowledges of Arabic language, Qur'anic interpretation (tafsir), prophetic traditions (hadith) , Islamic jursprudence (fiqh) following the Malikite school and logic (mantiq).
One of his well-known students was Shaykh Ibrahim al-Fayumi who later became al-Azhar's grand-imam. Shaykh al-Kharashi passed away in 1690 [1101 H] leaving a multitude of publications which include:
- al-Sharh al-Kabir li-Mukhtasar Khalil (jurisprudence)
- al-Fara`id al-Saniya fi Hall Alfazh al-Sunusiya (theology)
- Muntaha al-Raghba fi Sharh al-Nukhba
Shaykh Muhammad al-Khidr Husayn( 1876 - 1958 )
Shaykh Muhammad al-Khidr Husayn is the sole Grand Imam of a non-Egyptian origin to assume the Grand Imamate of al-Azhar. He was born in Nfta, Tunisia to a family that fled from Algeria in the face of the French invasion. Shaykh al-Khidr's family was known for its devotion to religious knowledge. His uncle to his mother was Shaykh Muhammad al-Makki bin `Azzouz, who was a reverred scholar both in Tunisia and in Turkey. In southern Tunisian town of Nafta, Shaykh al-Khidr memorized the holy al-Qur'an and started his basic education.
In 1888 Shaykh al-Khidr moved with his family to Tunis (Tunisia's capital). Two years later he joined Jami' al-Zaytuna (The equivalent for al-Azhar in Tunisia). In al-Zaytuna, Shaykh al-Khidr excelled in his studies, especially in Arabic literature. He was offered a job in Tunisia's French controlled government when he was still an undergraduate, but Shaykh al-Khidr declined the offer. In al-Zaytuna, Shaykh al-Khidr had a strong anti-colonial sentiment.
In 1903, Shaykh al-Khidr graduated from al-Zaytuna. In the same year he founded a bi-monthly magazine known as "al-Sa'ada al-`Uzma" (The Greater Happiness). Although, the magazine attracted many of the famous Tunisian writers of the time, it showed the great literative talent of Shaykh al-Khidr.
In 1905, Shaykh al-Khidr became the grand judge of the Tunisian town of Binzert. In 1906, he gave a lecture about liberty in Islam. Its main theme challenged the colonial authorities in Tunisia. Soon his growing anti-colonial sentiment led to his resignation from his judiciary position. In 1909, Shaykh al-Khidr became a faculty member of al-Zaytuna.
In 1911, when Italy declared war on Libya, Shaykh al-Khidr flared his magazine "al-Sa'ada al-`Uzma" with anti-colonialism articles and called upon Tunisians to volunteer in the war aside their Libyan brethern. Shaykh al-Khidr's articles put him at odds with the French colonials in Tunisia. He was accused by the French ruling authority by instigating the Tunisian masses against the west. He eluded the trial by leaving Tunisia briefly to Istanbul. Upon his return, he found that Tunisia was totally controlled by its French rulers and he could not address the masses through his magazine. Finally he decided to leave Tunisia and immigrate to Syria.
On his way to Syria, Shaykh al-Khidr stopped in Egypt and met with a number of Islamic scholars who were the pioneers of the leading Muslim scholars of the time like Shaykhs, Muhammad Rasheed Rida , Ahmad Taymur Pasha and Muhib al-Din al-Khatib . After his settlement in Damascus he taught Arabic language in the Sultaniya school.
In 1914, he left Damascus for Istanbul to work in the Ottoman ministry of war, and in 1915 the Ottoman wat minister, Anwar Pasha, sent him to Berlin where he instigated the Tunisian-French POWs to against the French rule in Tunisia. He then returned to Istanbul and then to his home in Damascus.
In 1916, the Turkish ruler of Syria detained him in prison for a few months, but was freed upon the orders of Anwar Pasha. In 1917 he travelled to Berlin for the second time, where he met with many of the exiled Muslim Shaykhs like Shaykh Abd al-Aziz Jawish and Dr. Abd al-Hamid al-Sa'id.
In 1918, the Ottoman empire was declining to its final phase. The Turks lost Syria in the First World War, and an Arab ruler was to be appointed, but the French forces which landed in Syria during the war controlled the country. Shaykh al-Khidr's previous anti-French activities put his life in danger, so he immigrated to Egypt in 1921.
In 1922, he enrolled in al-Azhar's final year, and obtained its `Alamiya certificate. He then became one of the scholars of al-Azhar.
In Egypt, he established an organization for helping freedom movements against French colonials in Tunisia, Algeria and Morocco. Members of the organization included well known freedom fighter who were in exile in Egypt like al-Habib Bourquiba from Tunisia, al-Bashir al-Ibrahimi from Algeria and al-Fudayl al-Warthilani from Morocco.
In 1925, Shaykh al-Khidr became involved in one of the greatest ideological battles of the time. An Azharite Shaykh (Shaykh Ali Abd al-Raziq) issued a book giving an Islamic umbrella to secularism. Although Shaykh al-Khidr was a friend of Shaykh Abd al-Raziq's family, he wrote a reply book where he elegantly rebutted the secular implications. In the consequent year, the famous Egyptian writer Taha Husayn issued another book about pre-Islamic Arabic poetry which contained implicit attacks on Islam. Again, Shaykh al-Khidr issued another book rebutting Taha Husayn's claims.
In 1927, Shaykh al-Khidr collaborated with his Egyptian friend Ahmad Taymur Pasha in the establishment of a Muslim youth organization known as "Jam'iyat al-Shubban al-Muslimeen" (Association of Muslim Youth). Later he established another organization for spreading the righteous understanding of Islam. The later organization was known as "Jam'iyat al-Hidaya al-Islamiya" (Association of Islamic Guidance).
In 1932, Shaykh Muhammad al-Khidr Husayn obtained the Egyptian nationality.
In 1930, al-Azhar issued its monthly magazine which was known in those times by the name "Nur al-Islam" (The light of Islam), and Shaykh al-Khidr was appointed as its chairman. In 1932, the general assembly of Arabic Language was established in Cairo. Its members included scholars from Egypt, the Arab world and some orientalists in England and France. Its first membership included Shaykh Muhammad al-Khidr Husayn. In 1950, Shaykh al-Khidr was promoted to the membership of the council of great Azharite scholars after a study that he presented in Arabic Language.
In 1952, he was appointed by the newly formed revolutionary government as the Grand Imam of al-Azhar. Although he was reluctant in the beginning to accept the appointment, the plea of three ministers persuaded him to accept. Nevertheless, when he sensed several pressures trying to direct the Azharite policy, he preferred to resign from the position in 1954 saying his famous statement: "A glass of milk and a piece of bread is enough for me and let the worldly matters go away". When he was asked about his resignation he replied: "If I cannot contribute more to the well-being of al-Azhar, then the bottom line is that it does not deteriorate in my time".
After his resignation he became dedicated to writing books , until he left this world in 1958. When Tunisia gained its independence in 1956, the Tunisian president Bourquiba persuaded him to return to his home country. The idea appealed to Shaykh al-Khidr, but his increasingly deteriorating health hampered his travel. In his funeral, Azharites accompanied by many Muslims in Egypt followed his funeral in the thousands. He was burried in the Egypt leaving no sons or wealth behind him except for a large number of publications and Islamic articles.
Shaykh Muhammad Muhammad al-Fahham (1884 - ????)
Shaykh al-Fahham, born in Alexandria, Egypt, attended his primary Azharite education in Alexandria's institute of religious studies. He obtained the high degree of al-Azhar (al-`Alimiya) in 1922. He was so fond of studying mathematics that he worked as a math teacher in addition to his Azharite career. In 1935 he was appointed as a teacher of logic in the Faculty of Shari'a. Shaykh al-Fahham travelled to France to prepare for his PhD degree. He enrolled in the graduate program of Universite de Sorbonne. During his stay he and his family had to endure the hardship of living in occupied France during World War II. Shaykh al-Fahham's thesis was in linguistics.
Shaykh al-Fahham was a famous Islamic traveller. Being fluent in English and French, he visited many Islamic countries and established a relationship with their scholars. These countries included Nigeria, Pakistan, Mauritania, Indonesia and Iran.
He was appointed in the position of the dean of the Faculty of Arabic Language in 1959. In 1969, he became the grand Imam of al-Azhar. Due to his deteriorating health condition he retired from the position of al-Azhar's grand Imam in 1973.
Shaykh al-Fahham's publications include:
- al-Muslimoon wa istirdad Bayt al-Maqdis.
Shaykh Abdul Halim Mahmud (1910 - 1978)
Shaykh Abdul Halim Mahmud was born in Abu Hammad in the Sharqiyya Province, Egypt, to a devout middle classed family. His parents had their ancestry going back to the prophet's [PBUH] grandson al-Husayn [RAA]. His father was an Azharite and worked as the village's judge.
Shaykh Abd al-Halim memorized the holy Qur'an in the village's Kuttab . He finished its memorization at a very young age. He could not join the Azharite education right after memorizing al-Qur'an due to his young age.
In 1923 Shaykh Abd al-Halim travelled to Cairo with his father to enrol in the primary Azharite education. Two years later he was sent to al-Zaqaziq to continue his education in its newly opened Azharite primary institute.
There were several directions that Shaykh Abd al-Halim could have taken at this young age. He was eligible for studying in several newly opened schools for graduating teachers. Those schools were promising in his time, since its graduates were highly paid. Shaykh Abd al-Halim's father interfered and insisted that the young Shaykh continued his Azharite education. Shaykh Abd al-Halim compromised by studying in three curriculums simultaneously.
Shaykh Abd al-Halim's perseverance paid off later. He was too educated for his normal years at al-Zaqaziq's institute, so he studied independently for the secondary exam, which he passed and became eligible for the higher Azharite education. In this jump Shaykh Abd al-Halim covered the curriculum of three years in one.
Shaykh Abd al-Halim started his higher Azharite education in 1928. At that time Azharite education was not divided on Faculties. Shaykh Abd al-Halim Mahmud named some Shaykhs as his revered teachers during his Azharite education. These include Shaykh Mahmud Shaltut , Shaykh Hamid Meheisen , Shaykh al-Zankaloni , Shaykh Muhammad Abd-Allah Daraz , Shaykh Muhammad Mustafa al-Maraghi and Shaykh Mustafa Abd al-Raziq.
There were some public associations for Islamic preaching and youth activities that were present when Shaykh Abd al-Halim was a student. Shaykh Abd al-Halim participated in the activities of two of these associations. These were: the association of Muslim youth (Jam'iyat al-Shubban al-Muslimeen) and the association of Islamic guidance (Jam'iyat al-Hidaya al-Islamiya) whose president was Shaykh Muhammad al-Khidr Husayn. .
In 1932, Shaykh Abd al-Halim graduated from al-Azhar. After his graduation he travelled to France to continue his education accompanied by his wife. He enrolled in the Universite de Sorbonne. In Paris, Shaykh Abd al-Halim stood by his Islamic values and behavior. He graduated in 1937 and in 1938 al-Azhar put him in its delegation to France to prepare for the PhD degree. Shaykh Abd al-Halim's biggest problem in France was the bias against Islam that was shown by many orientalists.
Shaykh Abd al-Halim's finished his thesis in the area of Sufism and the life of al-Harith ibn-Asad al-Muhasibi in 1940. His supervisor Masignon the orientalist left him alone in the final phase of his PhD to fight the Germans. With the outbreak of the second world war Shaykh Abd al-Halim had to go back to Egypt by the way of Cape of Good Hope.
Shaykh Abd al-Halim started his professional career as a professor in the Faculty of Arabic language in al-Azhar. He was then transferred to the Faculty of Religion's Fundamentals in 1951. He became the faculty's dean in 1964.
In 1969, he was appointed as the secertary general of the Assembly of Islamic Research (Majma' al-Buhuth al-Islamiya) . In 1970, he was appointed as al-Azhar's vice-Imam. In 1971 he became the minister of Waqf and was then appointed as al-Azhar's grand Imam in 1973.
In the early 1960s an anti Azharite wave swept the Egyptian media. This wave was topped by a comment of a high Egyptian official who slandered Azharites. In response, Shaykh Abd al-Halim stopped wearing the European costume and replaced it by the Azharite one. He even instructed his fellow Azharites to respond in the same manner. In those days socialist journalists attacked a multitude of Azharites in the newspapers. Shaykh Abd al-Halim was no exception.
In addition to being one of the great Islamic scholars of the modern age, Shaykh Abd al-Halim was an activist whose objective was to retain al-Azhar's reverred position and independence. In 1974, a law was passed that degraded the position of Azharites. In response Shaykh Abd al-Halim resigned from the grand Imam position. Due to the Shaykh's overwhelming popularity within the Azharite and Islamic circles, the law was not passed and Shaykh Abd al-Halim was persuaded to stay in his position.
Shaykh Abd al-Halim played a big hand in reshaping the 1961 Azhar-law that previously ripped the grand Imam position of much of his authority and undermined al-Azhar's independence. He succeeded in reshaping the law and his act was met by overjoy by his fellow Azharites.
In 1975, the Egyptian security forces cracked on an extermist group known by the name of al-Takfir wa al-Hijra after the assassination of the minister of al-Waqf, Shaykh al-Dhahabi. During their trial Shaykh Abd al-Halim was instructed by the judges to give al-Azhar's opinion on the group and he was hinted to give a fatwa that the group members apostasized and left Islam with their extreme beliefs. Although in difference with the group's beliefs, he refused to have orders dictated to him unless he reviewed their thoughts. This stand caused him and al-Azhar as a whole to bear the wrath of media attacks.
A group of devout Egypt-Air workers demanded not to do any work which involved the use of wine. The officials refused and the workers had no one to complain to except Shaykh Abd al-Halim who sent to their officials narrating the prophet's [PBUH] tradition "There is no obedience for a created person when it involves the disobedience of the creator (La t`ata li makhluqin fi ma'siyatil khaliq)".
In the mid seventies, some Egyptian officials wanted to pass a divorce law that contradicted Islamic Shari'a. Shaykh Abd al-Halim stood firm against it and the law was never debated until after his death.
In the early seventies, the communist way of thought was popular in some elite and students circles. Shaykh Abd al-Halim issued a long list of pamphlets and books that warned the Muslim community against communism.
Shaykh Abd al-Halim pioneered in trying to unite the Muslim preachers into one code of conduct. In an unprecedented incident he made a committee for Islamic Da'wa which constituted Azharites, Islamic groups and Sufi orders. He even linked al-Azhar with Da'wa organizations outside Egypt.
During the Shaykhdom of Shaykh Abd al-Halim a great number of Azharite institutes were established upon his personal orders.
Shaykh Abd al-Halim was the first Azharite Shaykh to publicly call for the application of Islamic Shari'a. When he was confronted with officials saying that time is needed to detail its laws, he established several committees of Azharite scholars for the detailing process, which was supervised by him even when he was taken to hospitals for his deteriorating health.
In 1978, when Shaykh Abd al-Halim Mahmud passed away, his death was so saddening to his fellow Azharites that the attendance for his funeral service was unprecedented.
Shaykh Abd al-Halim was a talented author. His published over 60 books during his active career. He was known to have a calm, tender and sober personality. In his books one can trace the Sufi tendencies of Shaykh Abd al-Halim. His form of Sufism was based on Qur'an and the prophet's traditions in a manner like the person whom he biographed in his PhD, al-Harith al-Muhasibi.
Shaykh Abd Abd al-Halim's publications included:
- Muhammad Rasul Allah.
- al-Islam wa al-Shuyu'iya.
- Jihaduna al-Muqaddas.
Shaykh Jadul-Haqq (1917 - 1996)
Shaykh Jadul-Haqq was born in the village of Batra (Daqahliyya Province) in 1917. He studied Qur'an and memorized it at a young age and had his early Azharite learning in the Ahmadi institute in Tanta.
He worked as a judge in the Shari'a courts, the ministry of justice and was appointed as the Grand Mufti of Egypt in 1978. In 1982 he became the 42nd Grand Shaykh of al-Azhar.
Shaykh Muhammad Sayyid Tantawi (1928 - )
Shaykh Muhammad Tantawi, who was born in the village of Saleem Sharqiyyah in Egypt on Oct 28, 1928, showed his brillance when he was able to recite the whole al-Quran while still in elementary school in his village. He then went to the Al-Iskandariah religious institute for his secondary education in 1944 before enrolling in the Usuluddin Faculty of Al-Azhar University in Cairo in 1958. He obtained his first degree with honours, his Masters in Education in 1959 and his Ph.D in 1966. His doctoral thesis was on the Jews in the al-Quran and al-Sunnah. Dr. Muhammad had served in the Waqaf Ministry of Egypt till 1964 before being appointed a lecturer of his alma mater. He was seconded to University Islam of Libya from 1972 to 1976, before being made Dean of his Usuluddin Faculty of Al-Azhar University (Asyut campus), Head of the Intepretation and Quranic Knowledge Department at the University of Islam in Madinah, Saudi Arabia (1980-1984) and a visiting lecturer of the Basrah University of Iraq. In 1985, Dr. Muhammad was appointed Dean of the Islamic Studies and Arab Language Faculty of al-Azhar University. On Oct 28, 1986 he was made the Mufti of the Government of the Arab Republic of Egypt and on March 17, 1996, he became the Grand Shaykh of his alma mater, the oldest university in the world.
Shaykh Tantawi, who was a Mufti of the Egyptian government for about 10 years from 1986, has long been well-known for his courage in airing his frank views on various issues and problems confronting the Muslim world.
Issue of apostasy
Shaykh Tantawi's ruling on the subject of a Muslim apostasizing has certainly shed new light on this subject, while making the non-Muslims realise that Islam is a religion of moderation. To Shaykh Tantawi, a Muslim who renounced his faith or turned apostate should be left alone as long as he does not pose a threat or belittle Islam. If the Muslims were forced to take action against the apostate, he said it should NOT be because he or she had given up the faith but because he or she had turned out to be an enemy or a threat to Islam. Shaykh Tantawi, in his views, shows clearly how simple and moderate Islam is, a religion that is tolerant and not coercive on anybody. Shaykh Tantawi repeatedly stresses the need for Muslims to acquire traditional Islamic knowledge as well as the modern ones so that they could add to the strength of the Muslim community to defend the religion.
Relations between Muslims and non-Muslims
Shaykh Tantawi defendes Islam as a religion of tolerance and states that Muslims are not enemies of non-Muslims so long as they do not threaten Islam or become its enemy. The Grand Shaykh of al-Azhar said in the eyes of Islam, non-Muslims could be classified into three groups. The first are those who do not live in the same country as the Muslims and who are not enemies of Islam. Muslims are allowed to undertake exchanges of interests with these non-Muslims so long as these ties do not tarnish the image of the faith. The second group also do not live in the same country as the Muslims but are opposed to Islam, actively condemning or belittling Muslims or the religion. In this case, the Muslims are allowed to fight against them but only to the extent of making them aware that they should not become enemies of Islam and Muslims. The third group, which best describes nations like Malaysia, Egypt, Pakistand and many others where Muslims and non-Muslims live together in cooperation and on friendly terms: i.e. non-Muslims who live in the same country as the Muslims and are not enemies of the faith. In this case, their rights and responsibilities are the same as the Muslims so long as they do not become enemies of Islam. In the case of the third group, Shaykh al-Azhar reminds the Muslim community to continue with their missionary work among the non-Muslims to make them realise that Islam is the best faith to follow, but they must never be pressured or compelled to embrace Islam.
Islam - Religion of this world and the next
Islam, Shaykh Tantawi says, not only asks its followers to concentrate on the hereafter but also to make acquire and use of all the rewards and riches of this world, in order to achieve happiness in the hereafter.
On their quest for knowledge, he said Islam demands its followers to master all knowledge of the world and the hereafter, not least the technology of modern weapons to strengthen and defend the community and faith. Mastery over modern weaponry, he said, was important to prepare for any eventuality or prejudices of the others, although Islam is a religion of peace that upholds love and good understanding.
[see ASFA chairman's visit with Shaykh al-Azhar Tantawi and Shaykh Farid Wasel, Mufti of Egypt in 1998]
RERERENCES
Shuyukh al-Azhar, 1983, Hay'a al-`Amma lil-isti'lamat.
Abd al-Rahman Zaki, 1970, al-Azhar wa ma Hawlahu min Athar.
Abd al-Aziz al-Shinnawi, 1983, Al-Azhar Jami'an wa Jami'atan.
Majma' al-Buhuth al-Islamiya, 1964, Al-Azhar fi ithna `ashar `Am.
Thanks to Al-Azhar Homepage

Karya Ulama' al-Fathani


BUKU-BUKU KARYA ULAMA PATANI DAN MELAYUNo.1Judul Dhiyaul Murid, Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.Kandungan: Membicarakan tatacara berzikir menurut Tariqat Syatariyah. Data kitab yang asal. Sejarah perkembangan Tariqat Syatariyah di Asia Tenggara. Selainnya juga membicarakan riwayathidup Syeikh Abdul Mubin al-Fatani, ulama yang menyebar Islam di Pahang. Dengan lampiran beberapa manuskrip karya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani di antara mengenai Imam Mahdi. 198 halaman.Keterangan: Transliterasi kitab Dhiyaul Murid fi Bayani Kalimatit Tauhid karya Syeikh Daud binAbdullah al-Fathani No. 2Judul Al-?fUrwatul Wutsqa, Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.Kandungan: Data kitab, penyelidikan biodata Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani dan perkembangan tariqat Samaniyah di Asia Tenggara, Kandungan transliterasi membicarakan pelbagai aspek Tariqat Samaniyah yang diajarkan oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Karim as- Sammani al-Madani. 248 halaman.Keterangan: Transliterasi kitab Al-?fUrwatul Wutsqa wa Silsilatul Waliyil Atqa;karya Syeikh Abdul Shamad al-Falimbani. No. 3Judul Hidayatus Salikin, Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani, jilid 1.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.Kandungan: Pengenalan data kitab. Kandungan transliterasi menggalakkan berbagai-bagai amalan berdasarkan Al-Quran, hadis dan pendapat para ulama.Dilampirkan juga karya Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani yang berjudul Zahratul Murid. 189 halaman.Keterangan: Tranliterasi kitab Hidayatus Salikin Fisuluki Maslakil Muttaqin karya Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani, No. 4Judul Hidayatus Salikin Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani, jilid 2.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.Kandungan: Membicarakan nafsu mahmudah dan madzmumah. Dilampirkan juga manuskrip Tuhfatul Mursalah bergantung makna Melayu oleh Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani,Lubabut Tasawuf bergantung makna Melayu oleh Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri dan Fat-hur Rahman oleh Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. 271 halaman.Keterangan: Transliterasi kitab Hidayatus Salikin fi Suluki Maslakil Muttaqin karya Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani. No. 5Judul Syeikh Abdus Shamad Palembang Tokoh Shufi dan Jihad Dunia Melayu.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.Kandungan: Sejarah hidup Syeikh Abdus Shamad Palembang. Dibicarakan juga tentang Syeikh Syihabuddin dan Syeikh Muhammad Azhari bin Abdullah al-Falimbani dan pengenalan beberapa karyanya. 222 halaman.Keterangan: Merupakan penyelidikan dan perbahasan secara ilmiyah. Merupakan informasi terlengkap dan terkini mengenai ulama Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani. No. 6Judul Tafsir Puisi Syeikh Hamzah Al-Fansuri.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.Kandungan: Merupakan transliterasi puisi karya syeikh Hamzah al-Fansuri dari manuskrip Melayu/Jawi salinan Tuan Guru Mahmud bin Yusuf Terengganu. Pada bahagian awal dibicarakan riqayat hidup syeikh Hamzah al-Fansuri, Syamsuddin as-Sumatra-i dan Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Juga dilampirkan manuskrip Melayu/Jawi dan sebuah karga Syeikh Nuruddin ar-Raniri judul Durarul Faraid. 201 halaman.Keterangan: Penyelidikan dan perbahasan ilmiyah, penting untuk kajian sastera klasik Melayu. No. 7Judul Al-Fatawal Fathaniyah Syeikh Ahmad al-Fathani, jilid 1.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.Kandungan: Membicarakan data penyelidikan kitab yang asal. Soal dan jawab berbagai-bagai permasalahan agama Islam. Selain membicarakan ?eaqidah dan fiqh juga dapat dikaji jalan pemikiran bahasa yang dibahas oleh pengarangnya. 221 halaman.Keterangan: Tranliterasi kitab Al-Fatawal Fathaniyah karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain bin Mustafa al-Fathani. Terlampir teks asli dalam bentuk Melayu/Jawi. No. 8Judul Al-Fatawal Fathaniyah Syeikh Ahmad al-Fathani, jilid 2.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, Februari 1997.Kandungan: Soal dan jawab berbagai-bagai permasalahan agama Islam, merupakan kelanjutan dari jilid 1. Selain membicarakan fiqh juga dapat dikaji jalan pemikiran pengarang mengenai politik, sosiologi dan lain-lainnya. 279 halaman.Keterangan: Tranliterasi kitab Al-Fatawal Fathaniyah karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain bin Mustafa al-Fathani. Terlampir teks asli dalam bentuk Melayu/Jawi. No. 9JudulBadai?fuz Zuhur Segugus Bunga Nan Indah Syeikh Ahmad al-Fatani jilid 1.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.Kandungan: Pengenalan data kitab, menanggapi pertikaian pendapat mengenai bala?fdalam bulan Safar. Kandungan tranliterasi membicarakan berbagai-bagai jenisamalan dan doa. Terlampir manuskrip asli dalam bentuk tulisan Melayu/Jawi. 236halaman.Keterangan: Merupakan transliterasi karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain binMustafa al-Fathani yang belum pernah diterbitkan. No. 10Judul Badai?fuz Zuhur Segugus Bungan Nan Indah Syeikh Ahmad al-Fatani jilid 2.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.Kandungan: Kelanjutan buku jilid 1, membicarakan berbagai-bagai jenis amalan dandoa. Dilampirkan juga Segusus Bunga terbitan Matba?fah al-Miriyah, Makkah, 1321H. 286 halaman.Keterangan: Merupakan transliterasi karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain binMustafa al-Fatani yang belum pernah diterbitkan. No. 11Judul Kitab Pengetahuan Bahasa Raja Ali Haji.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmembicarakan sejarah ringkas Matba?fah Al-Ahmadiah Singapura dan Raja Haji Umarbin Raja Al-Ahmadiah Singapura dan Raja Haji Umar bin Raja Hasan, cucu Raja AliHaji. Pengetahuan Bahasa oleh Raja Ali Haji masih dikekalkan dalam tulisanMelayu/Jawi. 483 halaman.Keterangan: Merupakan kamus bahasa Melayu yang disebut pada cetakan awal LughatMelayu Johor-Pahang-Riau-Lingga. Penting untuk kajian bahasa Melayu. No. 12Judul Koleksi Data Syeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman Al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmemperkenalkan data kitab-kitab karangan Syeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahmanal-Fathani, membicarakan sejarah ringkas Syeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahmanal-Fathani. Karya-karya Syeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman al-Fathani yangtelah ditemui baik dalam bentuk cetakan atau pun manuskrip masih dikekalkandalam tulisan Melayu/Jawi, semuanya dimuat dalam koleksi ini. 524 halaman.Keterangan: Bertujuan untuk menyelamatkan semua karangan ulama dan tokoh inidaripada kemusnahannya. Selain itu sekaligus memperkenalkan peranan ulama silamdunia Melayu kepada generasi sekarang dan yang akan datang. No. 13Judul Koleksi Data Syeikh Abdur Rahman Gudang Al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmembicarakan sejarah ringkas Syeikh Abdur Rahman Gudang al-Fathani yang telahditemui baik dalam bentuk cetakan masih dikekalkan dalam tulisan Melayu/Jawi,semuanya dimuat dalam koleksi ini. 220 halaman.Keterangan: Bertujuan untuk menyelamatkan semuanya karangan ulama dan tokoh inidaripada kemusnahannya. Selain itu sekaligus memperkenalkan peranan ulama silamdunia Melayu kepada generasi sekarang dan yang akan datang. No. 14Judul Koleksi Data Raja Ali Bin Raja Muhammad/Tengku Nong: Melibatkan AktivitiSyarkah Ahmadi & Co. Midai dan Cawangannya Al-Ahmadiah Sengapura (BahagianPertama).Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1417 H/1997 M.Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmembicarakan sejarah ringkas salah satu jurusan Kerabat Diraja Riau, bermuladari Raja Abdullah/Marhum Mursyid, Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga keIX hingga peranan anak cucunya. Yang dipentingkan dalam koleksi ini ialah cucubaginda bernama Raja Aii/Tengku Selat. Selanjutnya adalah kumpulan surat-surattulisan Melayu/Jawi juga terdapat tulisan Latin/Rumi antara Raja Ali/TengkuSelat timbalbalik dengan pihak lainnya. Surat penyelidikan syarikat perniagaanyang dikelolanya baik pusatnya di Pualai Midai mau pun cawangannya di Singapura.Juga penting untuk kajian aktiviti Kerabat Johor, Selangor, Pahang, Terengganudan lain-lain sesudah kejatuhannya tahun 1911 M. Ukuran/Tebal: Menggunakanukuran lebar kerana mengikut saiz surat-surat yang paling lebar pada zamanya,259 halaman.Keterangan: Bertujuan untuk menyelamatkan dokumen tokoh ini daripadakemusnahanya. Selain itu sekaligus memperkenalkan peranan tokoh dunia Melayukepada generasi sekarang dan yang akan datang. Koleksi ini tidak dijualbelikepada umum, dicetak sangat terbatas, hanya untuk pesanan perpustakaan danpengkaji-pengkaji tertentu saja. No. 15Judul Koleksi Data Pulau Tujuh Kepulauan Riau (Bahagian Pertama).Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1417 H/1997 M.Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd Shaghir Abdullahymerupakan keterangan ringkas keseluruhan kandungannya. Terdapat beberapa contohsurat saham dan lambang/logo beberapa perusahaan bangsa Melayu dan Islamperingkat awal seperti Natoena & Co. Sedanau tahun 1318 H/1900 M, TarempaSyarikat tahun 1333 H/1915 M, Ahmadi & Co. Midai 1333 H/195 M, dan lain-lain.Peraturan Perjanjian Tarempa Sharkah tahun 1913 M. Surat-surat keputusanMahkamah Midai yang ditandatangani oleh Raja Haji Ahmad bin Raja Haji Umarselaku Kepala Midai tahun 1328 H/1911 M, dan tahuhn-tahun berikutnya. Danlain-lain informasi/maklumat mengenai Pulau Tujuh, yang terdiri gugusankepulauan Jemaja, Siantan, Natuna, terdapat dalam koleksi ini. 343 halaman.Keterangan: Bertujuan untuk menyelamatkan dokumen daripada kemusnahannya. Selainitu sekaligus memperkenalkan peranan tokoh dunia Melayu kepada generasi sekarangdan yang akan datang. Koleksi ini tidak dijualbeli kepada umum, dicetak sangatterbatas, hanya untuk pesanan perpustakaan dan pengkaji-pengkaji tertentu saja. No. 16Judul Fatwa Binatang Hidup Dua Alam.Terbitan: HIZBI Shah Alam, 1990.Kandungan: Penyelidikan yang dilakukan saintifik Syeikh Ahmad al-Fathaniterhadap binatang yang hidup dalam dua jenis alam sehingga dapat untukmenentukan hukum halal atau pun haram dimakan. Dilampirkan juga manuskrip aslidan bahagian cetakan dalam Al-Fatawal Fathaniyah, Selain dilampirkan riwayathidup ringkas Syeikh Ahmad al-Fathani. 60 halaman.Keterangan: Diubahsuai bahasa lama dengan yang digunakan sekarang dari naskhahtulisan tangan Syeikh Ahmad al-Fathani dengan perbandingan yang termaktub dalamAl-Fatawal Fathaniyah. No. 17Judul Wasiat Abrar Peringatan Akhyar Syeikh Daud al-Fatani.Terbitan: HIZBI Shah Alam, 1990.Kandungan: Membicarakan amalan wirid, zikir dan lain-lain yang pernah diamalkanoleh Nabi S.A.W, para shalihin, dan lain-lain. Dengan lampiran dua buahmanuskrip judul ini yang telah ditemui. 99 halaman. Keterangan: Trnsliterasikitab Washayal Abrar wa Mawa?fizhul Akhyar karya Syeikh Daud bin Abdullahal-Fathani. No. 18Judul Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani Ulama dan Pengarang Terulung AsiaTenggara.Terbitan: HIZBI Shah Alam, 1990.Kandungan: Sejarah hidup Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani. 174 halaman.Keterangan: Sudah habis dalam persediaan, sedang disiapkan cetakan yang keduadengan tambahan maklumat-maklumat dan penemuan-penemuan terbaru. No. 19Judul Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari Pengarang Sabilal Muhtadin.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1990.Kandungan: Sejarah hidup Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. 137halaman.Keterangan: Sudah habis dalam persediaan, sedang disiapkan cetakan yang keduadengan tambahan maklumat-maklumat dan penemuan-penemuan terbaru. No. 20Judul Faridatul Faraid Syeikh Ahmad al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.Kandungan: Membicarakan sejarah ringkas ilmu tauhid di Asia Tenggara, gambaranringkas pengenalan Faridatul Faraid karya Syeikh Ahmad al-Fathani. Kandungantransliterasi membicarakan ?eaqidah Ahlus Sunnah wal Jama?fah yang dilengkapidengan nota-nota yang panjang. Dengan lampiran salah sebuah edisi cetakanFaridatul Faraid. Terlampir juga tiga judul manuskrip karya Syeikh Ahmadal-Fatani dalam bahasa Arab, ialah Jumanatut Tauhid, Munjiyatul ?eAwam danMinhajus Salam. 272 halaman.Keterangan: Edisi cetakan 1990 tidak beredar lagi. Yang diedarkan ialah CetakanKedua, 1996, (Edisi Penyempurnaan) dengan judul lengkap Faridatul Faraid SyeikhAhmad al-Fathani ?eAqidah Ahlus Sunnah wal Jama?fah Yang Sejati. No. 20Judul Faridatul Faraid Syeikh Ahmad al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.Kandungan: Membicarakan sejarah ringkas ilmu tauhid di Asia Tenggara, gambaranringkas pengenalan Faridatul Faraid karya Syeikh Ahmad al-Fathani. Kandungantransliterasi membicarakan ?eaqidah Ahlus Sunnah wal Jama?fah yang dilengkapidengan nota-nota yang panjang. Dengan lampiran salah sebuah edisi cetakanFaridatul Faraid. Terlampir juga tiga judul manuskrip karya Syeikh Ahmadal-Fatani dalam bahasa Arab, ialah Jumanatut Tauhid, Munjiyatul ?eAwam danMinhajus Salam. 272 halaman.Keterangan: Edisi cetakan 1990 tidak beredar lagi. Yang diedarkan ialah CetakanKedua, 1996, (Edisi Penyempurnaan) dengan judul lengkap Faridatul Faraid SyeikhAhmad al-Fathani ?eAqidah Ahlus Sunnah wal Jama?fah Yang Sejati. No. 21Judul Khazanah Karya Pusaka Asia Tenggara, jilid 1.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur.1991 Kandungan: Membicarakan karya-karya Syeikh Abdur Raud bin Ali al-Fansuridan karya-karya para ulama lain yang sezaman dengannya. 207 halaman.Keterangan: Membahas pelbagai ilmu Islam terutama tasawuf, aqidah dan fiqh No. 22Judul Khazanah Karya Pusaka Asia Tenggara, jilid 2.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1991.Kandungan: Membicarakan karya-karya Syeikh Nuruddin ar-Raniri dan karya-karyapara ulama lain yang sezaman dengannya. 192 halaman. Keterangan: Membahaspelbagai ilmu Islam terutama tasawuf, ?eaqidah dan fiqh No. 23Judul Mun-yatul Muishalli Syeikh Daud al-Fathani Terbitan: Cetakan pertamaOktober, 1991, Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur.Kandungan: Pengetahuan sembahyang. 215 halaman.Keterangan: Transliterasi kitab Mun-yatul Mushalli karya Syeikh Daud binAbdullah al-Fathani Cetakan Kedua 1996 No. 24Judul Hadiqatul Azhar war Rayahin Syeikh Ahmad al-Fatani, Edisi Kajian Jilid 1.Terbitan: Cetakan pertama Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1992.Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmembicarakan data kitab hadiqatul Azhar war Rayahin, petikan beberapa macampemikiran Syeikh Ahmad al-Fathani masih dikekalkan dalam tulisan Melayu/Jawitulisan tangan asli pengarangnya. Terkumpul di dalammya hikayat para Wali Allahdan ulama. 213 halaman.Keterangan: Sudah habis dalam persediaan, akan diterbitkan dalam bentuktransliterasi secara keseluruhan kerana kitab ini adalah sebagai contoh teoritakmilah. No. 25Judul Al-?fAllamah Syeikh Ahmad al-Fatani Ahli Fikir Islam dan Dunia Melayu,jilid 1.Terbitan: Cetakan pertama Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, Januari 1992.Kandungan: Sejarah hidup Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fatani. Serba ringkasmemperkenalkan karya-karya dn petikan sebahagian kecil pemikirannya baik untukdunia Melayu mau pun dunia Islam antaabagsa. 220 halaman.Keterangan: Sudah habis dalam persediaan, sedang disipkan cetakan yang keduadengan tambahan maklumat-maklumat dan penemuan-penemuan terbaru. No. 26Judul Manhalush Shafi Syeikh Daud al-Fatani.Terbitan:Cetakan pertama Khazanah Fathaniyah dengan kerjasama Imatera PublishersSdn. Bhd. Kuala Lumpur, Ogos 1992.Kandungan: Maklumat penyelidikan kitab Manhalush Shafi, riwayat hidup SyeikhAbdur Rahman Pauh Bok al-Fathani, riwayat hidup Syeikh Muhammad Zain al-Fathani.Kandungan tranliterasi membicarakan tasawuf haqiqat peringkat tinggi.Dilampirkan juga Manhalush Shafi salinan Syeikh Miuhammad Zain bin Mustafaal-Fathani dan dua buah manuskrip karya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani yanglainnya. 222 halaman.Keterangan: Transliterasi dua buah kitab karya Syeikh Daud bin Abdullahal-Fathani, iaitu Manhalush Shafi fi Bayani Rumuzi Ahlis Shufi, sebuah kitabtasawuf yang lain tanpa judul, dan sedikit petikan dari karya beliau berjudulTuhfatur Raghibin. No. 27Judul Penjelasan Nazham Syair Shufi Syeikh Ahmad al-Fatani.Terbitan: Cetakan pertama Khazanah Fathaniyah dengan kerjasama ImateraPublishers Sdn. Bhd. Kuala Lumpur, September, 1993.Kandungan: Membahas syair shufi Syeikh Ahmad al-Fathani pada menjawab pertanyaanSultan Kelantan lengkap dengan lampiran surat, transliterasi dan keterangannya.231 halaman.Keterangan: Penting untuk kajian perkembangan tasawuf/tariqat dan sastera didunia Melayu. No. 28Judul Koleksi Kertas Kerja Ilmiyah Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullah DibentangDalam Pelbagai Seminar dan Forum (Dari Tahun 1990 Sampai Tahun 1996).Terbitan: Terbitan terhad/terbatas diedarkan hanya berdasarkan permintaansesiapa yang memerlukannya: 1. Tiga Zaman Pembentukan Istilah Ilmu Keislaman Asia Tenggara. Dibentang dalamPersidangan Peristilahan Antarabangsa ke-ll (Termplan ?e90) pada 20-22 November1990. 2. Riwayat Hidup Ringkas dan Hasil Karya Syeikh Daud al-Fatani. Dibentang diNadwah Ilmiah Tokoh Ulama?f Peringkat Kebangsaan Kali ke lV (Syeikh DaudAbdullah al-Fatani) pada 11-13 Jamadilakhir 1412 H/17 - 19 Disember 1991. 3. Sumbangan Syeikh Daud al-Fatani Kepada Pengajian Fiqh Syafi?fie Di Nusantara.Dibentang dalam seminar yang sama, seperti tersebut pada angka 2, pada hari yanglain. 4. Khazanah Koleksi Syeikh Ahmad al-Fatani.Dibentang di Balai Lundang, KotaBharu, Kelantan pada Ogos, 1992 dalam rangka Pesta Buku Kelantan '92. 5. Koleksi Khazanah Manuskrip Pusaka Syeikh Ahmad al-Fatani. Dibentang dalamSeminar Antarabangsa Koleksi Khas Pengajian Asia Tenggara 19-21 Jun 1995 anjuranPerpustakaan Tun Seri Lanang Universiti Kebangsaan Malaysia. 6. Syeikh Ahmad Al-Fatani Ulama dan Tokoh Persuratan Melayu: Dari zaman klasikke arah dunia moden. Dibentang dalam seminar Antarabangsa Kesusasteraan MelayuIV, 14-16 Ogos 1995 anjuran Jabatan Persuratan Melayu Universiti KebangsaanMalayisa dan Dewan Bahasa dan Pustaka. 7. Penulisan Ulama-ulama Melayu dalam Kesusasteraan Arab. Dibentang dalamSeminar Balaghah (Retorika), 27 Rabulakhir 1416 H/23 September 1995 M anjuranJabatan Pengajian Arab & Tamadun islam, Fakulti Islam Universiti KebangsaanMalaysia. 8. Tulisan Melayu/Jawi Ejaan Dalam Manuskrip dan Cetakan Kitab Suatu AnalisisPerbandingan. Dibentang dalam Seminar dan Pameran Antarabangsa Manuskrip Melayu,3-4 Oktober 1995 anjuran Perpustakaan Negara Malaysia. 9. Manuskrip Islam Dunia Melayu Ditinjau dari Pelbagai Peringkat. Dibentangdalam forum jemputan khas anjuran Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malayapada 27 September 1995. Kemudian kertas kerja yang sama dibentang lagi dalamjemputan khas Siri Seminar Jabatan pengajian Arab & Tamadun Islam, Fakulti IslamUniversiti Kebangsaan Malaysia pada 25 Oktober 1995. 10. Perkembangan Penulisan Hadith Ulama Asia Tenggara. Dibentang dalam SeminarAntarabangsa pengajian Islam di Asia Tenggara, 2-23 November 1995 anjuranFakulti Islam, Universiti Brunei Darussalam. 11. Pengenalan Ulama Asia Tenggara Dahulu dan Sekarang. Dibentang dalam SeminarUlama Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, 23 Syaaban 1416 H/14 Januari 1996 Manjuran Persatuan Ulama Malaysia Cawangan Wilayah Persekutuan. 12. Peranan Orang -orang Patani di Dunia Peantauan. Dibentang dalam SeminarPatani anjuran Jabatan Pengajian Arab & Tamadun Islam dengan kerjasama JabatanSejarah Universiti Kebangsaan Malaysia pada 16 Mac 1996. 13. Pengaruh dan Pemikiran Saiyidina Ali di Alam Melayu: Satu AnalisisBerdasarkan Karya-karya Klasik Melayu. Dibentang dalam Seminar KhazanahPemikiran Islam anjuran Info Taiment Enterprise, 21 Julai 1996 di Kuala Lumpur. 14. Hubungan Ulama?f Patani dan Kedah: Kekeluargaan, Pertalian Ilmu dan Karya.Dibentangkan Konvensyen Sejarah Negeri Kedah Darul Aman, 29-30 September 1996,anjuran Majlis Kebudayaan Negeri Kedah Darul Aman dengan kerjasama PersatuanSejarah Malaysia Cawangan Kedah dan Perbadanan Perpustakaan Awam Kedah. No. 29Judul Koleksi Karya Ilmiyah Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullah mengenai FikrahWawasan Tokoh Dunia Melayu dalam Majalah Dewan Budaya, Dakwah, Al-Islam danKiblat.Terbitan: Terbitan terhad/terbatas diedarkan hanya berdasarkan permintaansesiapa yang memerlukannya. 246 halaman.Kandungan: Dalam Dewan Budaya Konsep Pemikiran:Syeikh Ahmad al-Fatani berdasarkan Teks-Taiyibul Ihsan Fi Tibbil Insan,Syeikh Ahmad al-Fatani: Sultan, Politik dan Riau,Syeikh Ahmad al-Fatani dan Teknologi Dua Bintang Satu Nama Pengruh TarekatNaqsyabandiyah di Kerajaan Riau-Lingga Raja Haji, Raja Ali, dan Gusti JamirilTuk Raja Faqih Syeikh Safiyuddin al-Abbasi Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani:Catatan BaruSyeikh Ahmad Khatib SambasSyeikh Yusuf Tajul KhalwatiSyeikh Muhammad Nafis bin Idris al-BanjariSyeikh Nawawi al-Bantani - Imam Nawawi Kedua Syeikh Utsman bin Syihabuddinal-Funtiani al-BanjariSyeikh Ahmad Lingga " Qus Bahasa Melayu"Raja Haji Muhammad Tahir Riau: Tokoh Falakiyah dan Tariqat Naqsyabandiyah DalamDakwah Syeikh Abdul Wadir bin Abdur Rahim TerengganuAl-Allamah Al-Amil Wa Al-Fadhil Al-Kamil Syeikh Wan Ali bin Abdur Rahman KutanAl-KalantaniTuan Guru Haji Ahmad Al-Kalantani: Sultan Minta Beliau Karang Kitab Darul HasanSyeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman Al-FathaniSyeikh Muhammad Tayib Al-Banjari Al-Qad-hiSaiyid Ahmad bin Saiyid Muhammad Al-Idrus (Tokku Melaka)Tuan Guru Haji Uthman bin Haji Senik Mufti Kerajaan Pahang Darul Makmur: GuruMat KilauSyeikh Muhammad bin Ismail Daudy Al-Fathani (Syeikh Nik Mat Kecik Al-Fathani)Syeikh Uthman bin Abdul Wahhab Sarawak: Dalam Merintis Kecemerlangan Ilmu diSarawak, Sambas dan Pontianak.Haji Muhammad Husein bin Abdul Latif (Tok Kelaba Al-Fathani): Penyalin ManuskripMelayu Terbesar di Asia Tenggara.Syeikh Muhammad Said Negeri Sembilan: Mursyid Tariqat Ahmadiyah Idrisiyah.Syeikh Zainal Abidin bin Muhammad Al-Fathani: Penyusun Kitab Kasyful LithamTentang Cabang-cabang Fiqh Terlengkap Mazhab Syafi?fie id Dunia MelayuTuan Guru Haji Muhammad Yasin Kedah: Pengasas Pengajian Pondok PertamaKalimantan BaratSyeikh Wan Sulaiman bin Wan Siddiq: Syeikhul Islam Kedah Darul Aman YangBerwibawaSyeikh Abdur Rasyid Al-Fathani: Syeikhul Islam Kerajaan Negeri SelangorTuan Guru Wan Hasan Besut Guru Keluarga Raja dan Masyarakat BesutSyeikh Abdul Malik bin Abdullah Terengganu (Tok Pulau Manis): Pengkuan danBantahan Kitab Syarah Hikam Melayu Sebagai Karyanya.Tuan Guru Tok Kenali Bersama Gurunya ke Mesir: Permasalahan Khilafiah danSanggahan Kitab Mujarrab Sebagai Karyanya.Syeikh Abdus Shamad bin Muhammad Shalih (Tuan Tabal): Penyebar Tariqat AhmadiyahPertama di Asia Tenggara.Syeikh Daud bin Ismail Al-Fathani: Kader Pentashih Kitab Melayu/Jawi yangPertama.Syeikh Ismail Minangkabau: Guru Intelektual Diraja Riau, Johor dan Selangor.Syeikh Abdur Rahman Siddiq: Mufti Kerajaan Inderagiri Riau.Sayid Muhammad bin Saiyid Zainal Abidin Al-?fAidrus: ulama dan BapaKesusasteraan Melayu TerengganuTuan Guru Haji Mahmud bin Muhammad Yusuf Raman-Terengganu: Ulama dan PenyalinPelbagai Manuskrip MelayuSyeikh Faqih Jalaluddin Al-Asyi: Generasi Penyambung Ulama-Ulama Aceh TerkenalSyeikh Muhammad Zain bin Faqih Jalaluddin Al-Asyi: Pengaruh Bidayatul HidayahKaryanya di Dunia Sepanjang ZamanSyeikh Muhammad Salih Ar-Rawa: Pengarang Kitab Fathul MubinSyeikh Muhammad Azhari bin Abdullah Al-Falimbani: Generasi PenyambungUlama-Ulama PalembangTok Bendang Daya ll: Pondok Teramai Muridnya di Asia Tenggara Abad 19.Syeikh Syamsuddin bin Abdullah As-Sumatra-i: Ulama Shufi Pembesar Kerajaan AcehSyeikh Nuruddin Ar-Raniri: Pembangkang Faham Wihdatul WujudSyeikh Abdur Rauf bin Ali Al-Fansuri: Penyusun Tafsir Quran Pertama BahasaMelayuSyeikh Ismail bin Abdul Mutalib Al-Asyi: Ketua Pelajar Melayu Pertama di MesirSyeikh Abbas Kutakarang: Ahli Astrologi Dunia MelayuSyeikh Sirajuddin bin Jalaluddin: Pengrang Kitab Durratun NakhirahSyeikh Abdul Muhyi Pamijahan. Penyebar Tasawuf Islam Metod Tariqat SyatariahYang Pertama di Jawa BaratMufti Haji Jamaluddin (Mufti Martapura): Penyusun Kitab PerukunanIbnu Syeikh Abdul Mu?fthi: Penyusun ilmu Tajwid Pertama Bahasa MelayuMegat Sati Ibnu Amir Sulaiman Al-Asyi: Murid Syeikh Nuruddin Ar-RaniriSyeikh Miuhammad Zainuddin As-Sumbawi: Pengarang Kitab Sirajul HudaMufti Saiyid Utsman Al-Betawi: Mufti Betawi Yang Paling DikenaliSyeikh Muhammad bin Khatib Langien Ulama Sufi Penyebar Tariqat Syatariyah,Dakwah, Jun 1995/Zulhijah 1415Syeikh Syihabuddin al-Jawi Ulama Pengamal Empat Tariqat Sufiyah, Dakwah, Julai1995/Muharam 1416Catatan Tentang Ulama Banten Syeikh Arsyad Tawil Al-Bantani Ulama Yang TerlibatDalam Jihad di Banten, Dakwah, November 1995 M/Jamadilawal 1416 H.Syeikh Wan Ali bin Ishaq Al-Fatani Ulama Sufi Penyebar Tariqat Samaniyah,Dakwah, Disember 1995 M/Jamadilakhir 1416 H.Syeikh Wan Ali bin Ishaq Al-Fatani Ulama Sufi Penyebar Tariqat Samaniyah,Dakwah, Disember 1995M/Jamadilakhir 1416 H. Dalam Al-IslamSyeikh Abdul Mubin Al-FathaniUlama-Ulama Kader Pondok Pauh BokSyeikh Haji Wan Mustafa Al-FathaniSyeikh Abdul Lathif bin Mustafa Al-Fathani: Menggunakan Seni untuk menyebarkanIslamWan Muhammad bin Syeikh SafiuddinDalam Kiblat (Edisi Melayu/Jawi)Syeikh Abdul Malik bin AbdullahKarya Syeikh Muhammad Zain Aceh Yang TerkenalSyeikh Daud Abdullah Al-FathaniSejarah Fathani Syeikh Daud Al-FathaniIslam Terawal Masuk Ke PataniMelayu Patani Capai Kemajuan TeknologiKeterangan: Koleksi ini tidak dijualbeli kepada umum, dicetak sangat terbatas,hanya untuk pesanan perpustakaan dan pengkaji-pengkaji tertentu saja. No. 30Judul Koleksi Karya Ilmiyah Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullah Mengenai KitabMelayu/Jawi Dalam Jurnal Dewan Bahasa 1990-1991.Terbitan: Terbitan terhad/terbatas diedarkan hanya berdasarkan permintaansesiapa yang memerlu-lukannya.Kandungan: Karya-karya Klasik Abad 16: Bukti Bahsa Melayu Bahasa Ilmu, Februari1990. Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Meninjau Pemikiran Syeikh Ahmad bin Muhammad ZainAl-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Mac 1990.Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Meninjau Pemikiran Sheikh Nuruddin Ar-Raniri, Mei1990Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Meninjau Pemikiran Sheikh Nuruddin Ar-Raniri, Jun,1990Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Syeikh Abdul Malik Terengganu, Jurnal Dewan Bahasa,Julai 1990Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Meninjau Kitab Sabil Al-Muhtadin oleh SyeikhMiuhammad Arsyad Al-Banjari, Jurnal Dewan Bahasa, Ogos 1990.Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Menkaji Gaya Bahasa Dalam Kitab Hidayah as-SalikinSyeikh Abdus Samad Al-Falimbani, Jurnal Dewan Bahasa, September 1990Mengkaji Gaya Bahasa Dalam Kitab Tuhfah Ar-Raghibin Syeikh Muhammad Arsyad binAbdullah al-Banjari, Jurnal Dewan Bahasa, Oktober 1990Pendokumentasian Karya-Karya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani Yang BelumPernah Dicetak, Jurnal Dewan Bahasa, Nombember 1990Pendokumentasian Karya-karya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani Yang BelumPernah Dicetak, Jurnal Dewan Bahasa, Disember 1990Mengkaji Gaya Bahasa Dalam Kitab Furu?ful Masail Syeikh Daud bin Abdullahal-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Januari 1991.Mengkaji Gaya Bahasa Dalam Kitab Kasyful Litham Syeikh Zainal Abidin binMuhammad Al-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Februari 1991Mengenal Pelbagai Peristilahan Fekah dan Gaya Bahasa Dalam Kitab BughyatutTullab Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Mac 1991Mengkaji Kandungan Kitab Hidayatul Muta?fallim Syeikh Daud bin Abdullahal-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, April 1991.Mengkaji Karya Besar Kitab Al-Bahrul Wafi Syeikh Muhammad bin Ismail DaudAl-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Mei 1991.Matla?ful Badrain Kitab Fiqhi Yang Termasyhur di Dunia Melayu Syeikh Muhammadbin Ismail Al-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Jun 1991Mengenal Kitab Hadiqatul Azhar Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain Al-Fatani, JurnalDewan Bahasa, September 1991.Warduz Zawahir Kitab usuluddin Yang Terbesar Dunia Melayu Karya Syeikh Daud binAbdullah al-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Oktober 1991.Keterangan: Koleksi ini tidak dijualbeli kepada umum, dicetak sangat terbatas,hanya untuk pesanan perpustakaan dan pengkaji-pengkaji tertentu saja. Untuk Maklumat Lanjut dan Pesanan, Sila Hubungi Alamat Berikut: KHAZANAH FATHANIYAH707A, Tingkat Bawah PSN A Sri Terengganu Blok BJalan Sentul Selatan51000 Kuala LumpurMalaysia. Tel: 03-4454745, Fax: 03-6883790




INFO : Karya al-Fathani


BUKU-BUKU KARYA ULAMA PATANI DAN MELAYU
No.1
Judul Dhiyaul Murid, Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.
Kandungan: Membicarakan tatacara berzikir menurut Tariqat Syatariyah. Data kitab yang asal. Sejarah perkembangan Tariqat Syatariyah di Asia Tenggara. Selainnya juga membicarakan riwayathidup Syeikh Abdul Mubin al-Fatani, ulama yang menyebar Islam di Pahang. Dengan lampiran beberapa manuskrip karya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani di antara mengenai Imam Mahdi. 198 halaman.Keterangan: Transliterasi kitab Dhiyaul Murid fi Bayani Kalimatit Tauhid karya Syeikh Daud binAbdullah al-Fathani
No. 2
Judul Al-?fUrwatul Wutsqa, Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.
Kandungan: Data kitab, penyelidikan biodata Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani dan perkembangan tariqat Samaniyah di Asia Tenggara, Kandungan transliterasi membicarakan pelbagai aspek Tariqat Samaniyah yang diajarkan oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Karim as- Sammani al-Madani. 248 halaman.Keterangan: Transliterasi kitab Al-?fUrwatul Wutsqa wa Silsilatul Waliyil Atqa;karya Syeikh Abdul Shamad al-Falimbani.
No. 3
Judul Hidayatus Salikin, Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani, jilid 1.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.
Kandungan: Pengenalan data kitab. Kandungan transliterasi menggalakkan berbagai-bagai amalan berdasarkan Al-Quran, hadis dan pendapat para ulama.Dilampirkan juga karya Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani yang berjudul Zahratul Murid. 189 halaman.Keterangan: Tranliterasi kitab Hidayatus Salikin Fisuluki Maslakil Muttaqin karya Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani,
No. 4
Judul Hidayatus Salikin Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani, jilid 2.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.
Kandungan: Membicarakan nafsu mahmudah dan madzmumah. Dilampirkan juga manuskrip Tuhfatul Mursalah bergantung makna Melayu oleh Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani,Lubabut Tasawuf bergantung makna Melayu oleh Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri dan Fat-hur Rahman oleh Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. 271 halaman.Keterangan: Transliterasi kitab Hidayatus Salikin fi Suluki Maslakil Muttaqin karya Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani.
No. 5
Judul Syeikh Abdus Shamad Palembang Tokoh Shufi dan Jihad Dunia Melayu.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.
Kandungan: Sejarah hidup Syeikh Abdus Shamad Palembang. Dibicarakan juga tentang Syeikh Syihabuddin dan Syeikh Muhammad Azhari bin Abdullah al-Falimbani dan pengenalan beberapa karyanya. 222 halaman.Keterangan: Merupakan penyelidikan dan perbahasan secara ilmiyah. Merupakan informasi terlengkap dan terkini mengenai ulama Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani.
No. 6
Judul Tafsir Puisi Syeikh Hamzah Al-Fansuri.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.
Kandungan: Merupakan transliterasi puisi karya syeikh Hamzah al-Fansuri dari manuskrip Melayu/Jawi salinan Tuan Guru Mahmud bin Yusuf Terengganu. Pada bahagian awal dibicarakan riqayat hidup syeikh Hamzah al-Fansuri, Syamsuddin as-Sumatra-i dan Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Juga dilampirkan manuskrip Melayu/Jawi dan sebuah karga Syeikh Nuruddin ar-Raniri judul Durarul Faraid. 201 halaman.Keterangan: Penyelidikan dan perbahasan ilmiyah, penting untuk kajian sastera klasik Melayu.
No. 7
Judul Al-Fatawal Fathaniyah Syeikh Ahmad al-Fathani, jilid 1.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.
Kandungan: Membicarakan data penyelidikan kitab yang asal. Soal dan jawab berbagai-bagai permasalahan agama Islam. Selain membicarakan ?eaqidah dan fiqh juga dapat dikaji jalan pemikiran bahasa yang dibahas oleh pengarangnya. 221 halaman.Keterangan: Tranliterasi kitab Al-Fatawal Fathaniyah karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain bin Mustafa al-Fathani. Terlampir teks asli dalam bentuk Melayu/Jawi.
No. 8
Judul Al-Fatawal Fathaniyah Syeikh Ahmad al-Fathani, jilid 2.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, Februari 1997.
Kandungan: Soal dan jawab berbagai-bagai permasalahan agama Islam, merupakan kelanjutan dari jilid 1. Selain membicarakan fiqh juga dapat dikaji jalan pemikiran pengarang mengenai politik, sosiologi dan lain-lainnya. 279 halaman.Keterangan: Tranliterasi kitab Al-Fatawal Fathaniyah karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain bin Mustafa al-Fathani. Terlampir teks asli dalam bentuk Melayu/Jawi.
No. 9
JudulBadai?fuz Zuhur Segugus Bunga Nan Indah Syeikh Ahmad al-Fatani jilid 1.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.
Kandungan: Pengenalan data kitab, menanggapi pertikaian pendapat mengenai bala?fdalam bulan Safar. Kandungan tranliterasi membicarakan berbagai-bagai jenisamalan dan doa. Terlampir manuskrip asli dalam bentuk tulisan Melayu/Jawi. 236halaman.Keterangan: Merupakan transliterasi karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain binMustafa al-Fathani yang belum pernah diterbitkan.
No. 10
Judul Badai?fuz Zuhur Segugus Bungan Nan Indah Syeikh Ahmad al-Fatani jilid 2.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.
Kandungan: Kelanjutan buku jilid 1, membicarakan berbagai-bagai jenis amalan dandoa. Dilampirkan juga Segusus Bunga terbitan Matba?fah al-Miriyah, Makkah, 1321H. 286 halaman.Keterangan: Merupakan transliterasi karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain binMustafa al-Fatani yang belum pernah diterbitkan.
No. 11
Judul Kitab Pengetahuan Bahasa Raja Ali Haji.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.
Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmembicarakan sejarah ringkas Matba?fah Al-Ahmadiah Singapura dan Raja Haji Umarbin Raja Al-Ahmadiah Singapura dan Raja Haji Umar bin Raja Hasan, cucu Raja AliHaji. Pengetahuan Bahasa oleh Raja Ali Haji masih dikekalkan dalam tulisanMelayu/Jawi. 483 halaman.Keterangan: Merupakan kamus bahasa Melayu yang disebut pada cetakan awal LughatMelayu Johor-Pahang-Riau-Lingga. Penting untuk kajian bahasa Melayu.
No. 12
Judul Koleksi Data Syeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman Al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.
Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmemperkenalkan data kitab-kitab karangan Syeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahmanal-Fathani, membicarakan sejarah ringkas Syeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahmanal-Fathani. Karya-karya Syeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman al-Fathani yangtelah ditemui baik dalam bentuk cetakan atau pun manuskrip masih dikekalkandalam tulisan Melayu/Jawi, semuanya dimuat dalam koleksi ini. 524 halaman.Keterangan: Bertujuan untuk menyelamatkan semua karangan ulama dan tokoh inidaripada kemusnahannya. Selain itu sekaligus memperkenalkan peranan ulama silamdunia Melayu kepada generasi sekarang dan yang akan datang.
No. 13J
udul Koleksi Data Syeikh Abdur Rahman Gudang Al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1997.
Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmembicarakan sejarah ringkas Syeikh Abdur Rahman Gudang al-Fathani yang telahditemui baik dalam bentuk cetakan masih dikekalkan dalam tulisan Melayu/Jawi,semuanya dimuat dalam koleksi ini. 220 halaman.Keterangan: Bertujuan untuk menyelamatkan semuanya karangan ulama dan tokoh inidaripada kemusnahannya. Selain itu sekaligus memperkenalkan peranan ulama silamdunia Melayu kepada generasi sekarang dan yang akan datang.
No. 14
Judul Koleksi Data Raja Ali Bin Raja Muhammad/Tengku Nong: Melibatkan AktivitiSyarkah Ahmadi & Co. Midai dan Cawangannya Al-Ahmadiah Sengapura (BahagianPertama).Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1417 H/1997 M.
Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmembicarakan sejarah ringkas salah satu jurusan Kerabat Diraja Riau, bermuladari Raja Abdullah/Marhum Mursyid, Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga keIX hingga peranan anak cucunya. Yang dipentingkan dalam koleksi ini ialah cucubaginda bernama Raja Aii/Tengku Selat. Selanjutnya adalah kumpulan surat-surattulisan Melayu/Jawi juga terdapat tulisan Latin/Rumi antara Raja Ali/TengkuSelat timbalbalik dengan pihak lainnya. Surat penyelidikan syarikat perniagaanyang dikelolanya baik pusatnya di Pualai Midai mau pun cawangannya di Singapura.Juga penting untuk kajian aktiviti Kerabat Johor, Selangor, Pahang, Terengganudan lain-lain sesudah kejatuhannya tahun 1911 M. Ukuran/Tebal: Menggunakanukuran lebar kerana mengikut saiz surat-surat yang paling lebar pada zamanya,259 halaman.Keterangan: Bertujuan untuk menyelamatkan dokumen tokoh ini daripadakemusnahanya. Selain itu sekaligus memperkenalkan peranan tokoh dunia Melayukepada generasi sekarang dan yang akan datang. Koleksi ini tidak dijualbelikepada umum, dicetak sangat terbatas, hanya untuk pesanan perpustakaan danpengkaji-pengkaji tertentu saja.
No. 15
Judul Koleksi Data Pulau Tujuh Kepulauan Riau (Bahagian Pertama).Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1417 H/1997 M.
Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd Shaghir Abdullahymerupakan keterangan ringkas keseluruhan kandungannya. Terdapat beberapa contohsurat saham dan lambang/logo beberapa perusahaan bangsa Melayu dan Islamperingkat awal seperti Natoena & Co. Sedanau tahun 1318 H/1900 M, TarempaSyarikat tahun 1333 H/1915 M, Ahmadi & Co. Midai 1333 H/195 M, dan lain-lain.Peraturan Perjanjian Tarempa Sharkah tahun 1913 M. Surat-surat keputusanMahkamah Midai yang ditandatangani oleh Raja Haji Ahmad bin Raja Haji Umarselaku Kepala Midai tahun 1328 H/1911 M, dan tahuhn-tahun berikutnya. Danlain-lain informasi/maklumat mengenai Pulau Tujuh, yang terdiri gugusankepulauan Jemaja, Siantan, Natuna, terdapat dalam koleksi ini. 343 halaman.Keterangan: Bertujuan untuk menyelamatkan dokumen daripada kemusnahannya. Selainitu sekaligus memperkenalkan peranan tokoh dunia Melayu kepada generasi sekarangdan yang akan datang. Koleksi ini tidak dijualbeli kepada umum, dicetak sangatterbatas, hanya untuk pesanan perpustakaan dan pengkaji-pengkaji tertentu saja.
No. 16
Judul Fatwa Binatang Hidup Dua Alam.Terbitan: HIZBI Shah Alam, 1990.
Kandungan: Penyelidikan yang dilakukan saintifik Syeikh Ahmad al-Fathaniterhadap binatang yang hidup dalam dua jenis alam sehingga dapat untukmenentukan hukum halal atau pun haram dimakan. Dilampirkan juga manuskrip aslidan bahagian cetakan dalam Al-Fatawal Fathaniyah, Selain dilampirkan riwayathidup ringkas Syeikh Ahmad al-Fathani. 60 halaman.Keterangan: Diubahsuai bahasa lama dengan yang digunakan sekarang dari naskhahtulisan tangan Syeikh Ahmad al-Fathani dengan perbandingan yang termaktub dalamAl-Fatawal Fathaniyah.
No. 17
Judul Wasiat Abrar Peringatan Akhyar Syeikh Daud al-Fatani.Terbitan: HIZBI Shah Alam, 1990.
Kandungan: Membicarakan amalan wirid, zikir dan lain-lain yang pernah diamalkanoleh Nabi S.A.W, para shalihin, dan lain-lain. Dengan lampiran dua buahmanuskrip judul ini yang telah ditemui. 99 halaman. Keterangan: Trnsliterasikitab Washayal Abrar wa Mawa?fizhul Akhyar karya Syeikh Daud bin Abdullahal-Fathani.
No. 18
Judul Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani Ulama dan Pengarang Terulung AsiaTenggara.Terbitan: HIZBI Shah Alam, 1990.
Kandungan: Sejarah hidup Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani. 174 halaman.Keterangan: Sudah habis dalam persediaan, sedang disiapkan cetakan yang keduadengan tambahan maklumat-maklumat dan penemuan-penemuan terbaru.
No. 19
Judul Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari Pengarang Sabilal Muhtadin.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1990.
Kandungan: Sejarah hidup Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. 137halaman.Keterangan: Sudah habis dalam persediaan, sedang disiapkan cetakan yang keduadengan tambahan maklumat-maklumat dan penemuan-penemuan terbaru. No. 20Judul Faridatul Faraid Syeikh Ahmad al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.Kandungan: Membicarakan sejarah ringkas ilmu tauhid di Asia Tenggara, gambaranringkas pengenalan Faridatul Faraid karya Syeikh Ahmad al-Fathani. Kandungantransliterasi membicarakan ?eaqidah Ahlus Sunnah wal Jama?fah yang dilengkapidengan nota-nota yang panjang. Dengan lampiran salah sebuah edisi cetakanFaridatul Faraid. Terlampir juga tiga judul manuskrip karya Syeikh Ahmadal-Fatani dalam bahasa Arab, ialah Jumanatut Tauhid, Munjiyatul ?eAwam danMinhajus Salam. 272 halaman.Keterangan: Edisi cetakan 1990 tidak beredar lagi. Yang diedarkan ialah CetakanKedua, 1996, (Edisi Penyempurnaan) dengan judul lengkap Faridatul Faraid SyeikhAhmad al-Fathani ?eAqidah Ahlus Sunnah wal Jama?fah Yang Sejati.
No. 20
Judul Faridatul Faraid Syeikh Ahmad al-Fathani.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1996.
Kandungan: Membicarakan sejarah ringkas ilmu tauhid di Asia Tenggara, gambaranringkas pengenalan Faridatul Faraid karya Syeikh Ahmad al-Fathani. Kandungantransliterasi membicarakan ?eaqidah Ahlus Sunnah wal Jama?fah yang dilengkapidengan nota-nota yang panjang. Dengan lampiran salah sebuah edisi cetakanFaridatul Faraid. Terlampir juga tiga judul manuskrip karya Syeikh Ahmadal-Fatani dalam bahasa Arab, ialah Jumanatut Tauhid, Munjiyatul ?eAwam danMinhajus Salam. 272 halaman.Keterangan: Edisi cetakan 1990 tidak beredar lagi. Yang diedarkan ialah CetakanKedua, 1996, (Edisi Penyempurnaan) dengan judul lengkap Faridatul Faraid SyeikhAhmad al-Fathani ?eAqidah Ahlus Sunnah wal Jama?fah Yang Sejati.
No. 21
Judul Khazanah Karya Pusaka Asia Tenggara, jilid 1.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur.1991
Kandungan: Membicarakan karya-karya Syeikh Abdur Raud bin Ali al-Fansuridan karya-karya para ulama lain yang sezaman dengannya. 207 halaman.Keterangan: Membahas pelbagai ilmu Islam terutama tasawuf, aqidah dan fiqh
No. 22Judul Khazanah Karya Pusaka Asia Tenggara, jilid 2.Terbitan: Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1991.
Kandungan: Membicarakan karya-karya Syeikh Nuruddin ar-Raniri dan karya-karyapara ulama lain yang sezaman dengannya. 192 halaman. Keterangan: Membahaspelbagai ilmu Islam terutama tasawuf, ?eaqidah dan fiqh
No. 23
Judul Mun-yatul Muishalli Syeikh Daud al-Fathani Terbitan: Cetakan pertamaOktober, 1991, Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur.
Kandungan: Pengetahuan sembahyang. 215 halaman.Keterangan: Transliterasi kitab Mun-yatul Mushalli karya Syeikh Daud binAbdullah al-Fathani Cetakan Kedua 1996
No. 24
Judul Hadiqatul Azhar war Rayahin Syeikh Ahmad al-Fatani, Edisi Kajian Jilid 1.Terbitan: Cetakan pertama Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, 1992.
Kandungan: Dalam tulisan Latin/Rumi oleh Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullahmembicarakan data kitab hadiqatul Azhar war Rayahin, petikan beberapa macampemikiran Syeikh Ahmad al-Fathani masih dikekalkan dalam tulisan Melayu/Jawitulisan tangan asli pengarangnya. Terkumpul di dalammya hikayat para Wali Allahdan ulama. 213 halaman.Keterangan: Sudah habis dalam persediaan, akan diterbitkan dalam bentuktransliterasi secara keseluruhan kerana kitab ini adalah sebagai contoh teoritakmilah.
No. 25
Judul Al-?fAllamah Syeikh Ahmad al-Fatani Ahli Fikir Islam dan Dunia Melayu,jilid 1.Terbitan: Cetakan pertama Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, Januari 1992.
Kandungan: Sejarah hidup Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fatani. Serba ringkasmemperkenalkan karya-karya dn petikan sebahagian kecil pemikirannya baik untukdunia Melayu mau pun dunia Islam antaabagsa. 220 halaman.Keterangan: Sudah habis dalam persediaan, sedang disipkan cetakan yang keduadengan tambahan maklumat-maklumat dan penemuan-penemuan terbaru.
No. 26
Judul Manhalush Shafi Syeikh Daud al-Fatani.Terbitan:Cetakan pertama Khazanah Fathaniyah dengan kerjasama Imatera PublishersSdn. Bhd. Kuala Lumpur, Ogos 1992.
Kandungan: Maklumat penyelidikan kitab Manhalush Shafi, riwayat hidup SyeikhAbdur Rahman Pauh Bok al-Fathani, riwayat hidup Syeikh Muhammad Zain al-Fathani.Kandungan tranliterasi membicarakan tasawuf haqiqat peringkat tinggi.Dilampirkan juga Manhalush Shafi salinan Syeikh Miuhammad Zain bin Mustafaal-Fathani dan dua buah manuskrip karya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani yanglainnya. 222 halaman.Keterangan: Transliterasi dua buah kitab karya Syeikh Daud bin Abdullahal-Fathani, iaitu Manhalush Shafi fi Bayani Rumuzi Ahlis Shufi, sebuah kitabtasawuf yang lain tanpa judul, dan sedikit petikan dari karya beliau berjudulTuhfatur Raghibin.
No. 27
Judul Penjelasan Nazham Syair Shufi Syeikh Ahmad al-Fatani.Terbitan: Cetakan pertama Khazanah Fathaniyah dengan kerjasama ImateraPublishers Sdn. Bhd. Kuala Lumpur, September, 1993.
Kandungan: Membahas syair shufi Syeikh Ahmad al-Fathani pada menjawab pertanyaanSultan Kelantan lengkap dengan lampiran surat, transliterasi dan keterangannya.231 halaman.Keterangan: Penting untuk kajian perkembangan tasawuf/tariqat dan sastera didunia Melayu.
No. 28
Judul Koleksi Kertas Kerja Ilmiyah Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullah DibentangDalam Pelbagai Seminar dan Forum (Dari Tahun 1990 Sampai Tahun 1996).Terbitan: Terbitan terhad/terbatas diedarkan hanya berdasarkan permintaansesiapa yang memerlukannya:
1. Tiga Zaman Pembentukan Istilah Ilmu Keislaman Asia Tenggara. Dibentang dalamPersidangan Peristilahan Antarabangsa ke-ll (Termplan ?e90) pada 20-22 November1990.
2. Riwayat Hidup Ringkas dan Hasil Karya Syeikh Daud al-Fatani. Dibentang diNadwah Ilmiah Tokoh Ulama?f Peringkat Kebangsaan Kali ke lV (Syeikh DaudAbdullah al-Fatani) pada 11-13 Jamadilakhir 1412 H/17 - 19 Disember 1991.
3. Sumbangan Syeikh Daud al-Fatani Kepada Pengajian Fiqh Syafi?fie Di Nusantara.Dibentang dalam seminar yang sama, seperti tersebut pada angka 2, pada hari yanglain.
4. Khazanah Koleksi Syeikh Ahmad al-Fatani.Dibentang di Balai Lundang, KotaBharu, Kelantan pada Ogos, 1992 dalam rangka Pesta Buku Kelantan '92.
5. Koleksi Khazanah Manuskrip Pusaka Syeikh Ahmad al-Fatani. Dibentang dalamSeminar Antarabangsa Koleksi Khas Pengajian Asia Tenggara 19-21 Jun 1995 anjuranPerpustakaan Tun Seri Lanang Universiti Kebangsaan Malaysia.
6. Syeikh Ahmad Al-Fatani Ulama dan Tokoh Persuratan Melayu: Dari zaman klasikke arah dunia moden. Dibentang dalam seminar Antarabangsa Kesusasteraan MelayuIV, 14-16 Ogos 1995 anjuran Jabatan Persuratan Melayu Universiti KebangsaanMalayisa dan Dewan Bahasa dan Pustaka.
7. Penulisan Ulama-ulama Melayu dalam Kesusasteraan Arab. Dibentang dalamSeminar Balaghah (Retorika), 27 Rabulakhir 1416 H/23 September 1995 M anjuranJabatan Pengajian Arab & Tamadun islam, Fakulti Islam Universiti KebangsaanMalaysia.
8. Tulisan Melayu/Jawi Ejaan Dalam Manuskrip dan Cetakan Kitab Suatu AnalisisPerbandingan. Dibentang dalam Seminar dan Pameran Antarabangsa Manuskrip Melayu,3-4 Oktober 1995 anjuran Perpustakaan Negara Malaysia.
9. Manuskrip Islam Dunia Melayu Ditinjau dari Pelbagai Peringkat. Dibentangdalam forum jemputan khas anjuran Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malayapada 27 September 1995. Kemudian kertas kerja yang sama dibentang lagi dalamjemputan khas Siri Seminar Jabatan pengajian Arab & Tamadun Islam, Fakulti IslamUniversiti Kebangsaan Malaysia pada 25 Oktober 1995.
10. Perkembangan Penulisan Hadith Ulama Asia Tenggara. Dibentang dalam SeminarAntarabangsa pengajian Islam di Asia Tenggara, 2-23 November 1995 anjuranFakulti Islam, Universiti Brunei Darussalam.
11. Pengenalan Ulama Asia Tenggara Dahulu dan Sekarang. Dibentang dalam SeminarUlama Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, 23 Syaaban 1416 H/14 Januari 1996 Manjuran Persatuan Ulama Malaysia Cawangan Wilayah Persekutuan.
12. Peranan Orang -orang Patani di Dunia Peantauan. Dibentang dalam SeminarPatani anjuran Jabatan Pengajian Arab & Tamadun Islam dengan kerjasama JabatanSejarah Universiti Kebangsaan Malaysia pada 16 Mac 1996. 13. Pengaruh dan Pemikiran Saiyidina Ali di Alam Melayu: Satu AnalisisBerdasarkan Karya-karya Klasik Melayu. Dibentang dalam Seminar KhazanahPemikiran Islam anjuran Info Taiment Enterprise, 21 Julai 1996 di Kuala Lumpur.
14. Hubungan Ulama?f Patani dan Kedah: Kekeluargaan, Pertalian Ilmu dan Karya.Dibentangkan Konvensyen Sejarah Negeri Kedah Darul Aman, 29-30 September 1996,anjuran Majlis Kebudayaan Negeri Kedah Darul Aman dengan kerjasama PersatuanSejarah Malaysia Cawangan Kedah dan Perbadanan Perpustakaan Awam Kedah. No. 29Judul Koleksi Karya Ilmiyah Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullah mengenai FikrahWawasan Tokoh Dunia Melayu dalam Majalah Dewan Budaya, Dakwah, Al-Islam danKiblat.Terbitan: Terbitan terhad/terbatas diedarkan hanya berdasarkan permintaansesiapa yang memerlukannya. 246 halaman.Kandungan: Dalam Dewan Budaya Konsep Pemikiran:Syeikh Ahmad al-Fatani berdasarkan Teks-Taiyibul Ihsan Fi Tibbil Insan,Syeikh Ahmad al-Fatani: Sultan, Politik dan Riau,Syeikh Ahmad al-Fatani dan Teknologi Dua Bintang Satu Nama Pengruh TarekatNaqsyabandiyah di Kerajaan Riau-Lingga Raja Haji, Raja Ali, dan Gusti JamirilTuk Raja Faqih Syeikh Safiyuddin al-Abbasi Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani:Catatan BaruSyeikh Ahmad Khatib SambasSyeikh Yusuf Tajul KhalwatiSyeikh Muhammad Nafis bin Idris al-BanjariSyeikh Nawawi al-Bantani - Imam Nawawi Kedua Syeikh Utsman bin Syihabuddinal-Funtiani al-BanjariSyeikh Ahmad Lingga " Qus Bahasa Melayu"Raja Haji Muhammad Tahir Riau: Tokoh Falakiyah dan Tariqat Naqsyabandiyah DalamDakwah Syeikh Abdul Wadir bin Abdur Rahim TerengganuAl-Allamah Al-Amil Wa Al-Fadhil Al-Kamil Syeikh Wan Ali bin Abdur Rahman KutanAl-KalantaniTuan Guru Haji Ahmad Al-Kalantani: Sultan Minta Beliau Karang Kitab Darul HasanSyeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman Al-FathaniSyeikh Muhammad Tayib Al-Banjari Al-Qad-hiSaiyid Ahmad bin Saiyid Muhammad Al-Idrus (Tokku Melaka)Tuan Guru Haji Uthman bin Haji Senik Mufti Kerajaan Pahang Darul Makmur: GuruMat KilauSyeikh Muhammad bin Ismail Daudy Al-Fathani (Syeikh Nik Mat Kecik Al-Fathani)Syeikh Uthman bin Abdul Wahhab Sarawak: Dalam Merintis Kecemerlangan Ilmu diSarawak, Sambas dan Pontianak.Haji Muhammad Husein bin Abdul Latif (Tok Kelaba Al-Fathani): Penyalin ManuskripMelayu Terbesar di Asia Tenggara.Syeikh Muhammad Said Negeri Sembilan: Mursyid Tariqat Ahmadiyah Idrisiyah.Syeikh Zainal Abidin bin Muhammad Al-Fathani: Penyusun Kitab Kasyful LithamTentang Cabang-cabang Fiqh Terlengkap Mazhab Syafi?fie id Dunia MelayuTuan Guru Haji Muhammad Yasin Kedah: Pengasas Pengajian Pondok PertamaKalimantan BaratSyeikh Wan Sulaiman bin Wan Siddiq: Syeikhul Islam Kedah Darul Aman YangBerwibawaSyeikh Abdur Rasyid Al-Fathani: Syeikhul Islam Kerajaan Negeri SelangorTuan Guru Wan Hasan Besut Guru Keluarga Raja dan Masyarakat BesutSyeikh Abdul Malik bin Abdullah Terengganu (Tok Pulau Manis): Pengkuan danBantahan Kitab Syarah Hikam Melayu Sebagai Karyanya.Tuan Guru Tok Kenali Bersama Gurunya ke Mesir: Permasalahan Khilafiah danSanggahan Kitab Mujarrab Sebagai Karyanya.Syeikh Abdus Shamad bin Muhammad Shalih (Tuan Tabal): Penyebar Tariqat AhmadiyahPertama di Asia Tenggara.Syeikh Daud bin Ismail Al-Fathani: Kader Pentashih Kitab Melayu/Jawi yangPertama.Syeikh Ismail Minangkabau: Guru Intelektual Diraja Riau, Johor dan Selangor.Syeikh Abdur Rahman Siddiq: Mufti Kerajaan Inderagiri Riau.Sayid Muhammad bin Saiyid Zainal Abidin Al-?fAidrus: ulama dan BapaKesusasteraan Melayu TerengganuTuan Guru Haji Mahmud bin Muhammad Yusuf Raman-Terengganu: Ulama dan PenyalinPelbagai Manuskrip MelayuSyeikh Faqih Jalaluddin Al-Asyi: Generasi Penyambung Ulama-Ulama Aceh TerkenalSyeikh Muhammad Zain bin Faqih Jalaluddin Al-Asyi: Pengaruh Bidayatul HidayahKaryanya di Dunia Sepanjang ZamanSyeikh Muhammad Salih Ar-Rawa: Pengarang Kitab Fathul MubinSyeikh Muhammad Azhari bin Abdullah Al-Falimbani: Generasi PenyambungUlama-Ulama PalembangTok Bendang Daya ll: Pondok Teramai Muridnya di Asia Tenggara Abad 19.Syeikh Syamsuddin bin Abdullah As-Sumatra-i: Ulama Shufi Pembesar Kerajaan AcehSyeikh Nuruddin Ar-Raniri: Pembangkang Faham Wihdatul WujudSyeikh Abdur Rauf bin Ali Al-Fansuri: Penyusun Tafsir Quran Pertama BahasaMelayuSyeikh Ismail bin Abdul Mutalib Al-Asyi: Ketua Pelajar Melayu Pertama di MesirSyeikh Abbas Kutakarang: Ahli Astrologi Dunia MelayuSyeikh Sirajuddin bin Jalaluddin: Pengrang Kitab Durratun NakhirahSyeikh Abdul Muhyi Pamijahan. Penyebar Tasawuf Islam Metod Tariqat SyatariahYang Pertama di Jawa BaratMufti Haji Jamaluddin (Mufti Martapura): Penyusun Kitab PerukunanIbnu Syeikh Abdul Mu?fthi: Penyusun ilmu Tajwid Pertama Bahasa MelayuMegat Sati Ibnu Amir Sulaiman Al-Asyi: Murid Syeikh Nuruddin Ar-RaniriSyeikh Miuhammad Zainuddin As-Sumbawi: Pengarang Kitab Sirajul HudaMufti Saiyid Utsman Al-Betawi: Mufti Betawi Yang Paling DikenaliSyeikh Muhammad bin Khatib Langien Ulama Sufi Penyebar Tariqat Syatariyah,Dakwah, Jun 1995/Zulhijah 1415Syeikh Syihabuddin al-Jawi Ulama Pengamal Empat Tariqat Sufiyah, Dakwah, Julai1995/Muharam 1416Catatan Tentang Ulama Banten Syeikh Arsyad Tawil Al-Bantani Ulama Yang TerlibatDalam Jihad di Banten, Dakwah, November 1995 M/Jamadilawal 1416 H.Syeikh Wan Ali bin Ishaq Al-Fatani Ulama Sufi Penyebar Tariqat Samaniyah,Dakwah, Disember 1995 M/Jamadilakhir 1416 H.Syeikh Wan Ali bin Ishaq Al-Fatani Ulama Sufi Penyebar Tariqat Samaniyah,Dakwah, Disember 1995M/Jamadilakhir 1416 H. Dalam Al-IslamSyeikh Abdul Mubin Al-FathaniUlama-Ulama Kader Pondok Pauh BokSyeikh Haji Wan Mustafa Al-FathaniSyeikh Abdul Lathif bin Mustafa Al-Fathani: Menggunakan Seni untuk menyebarkanIslamWan Muhammad bin Syeikh SafiuddinDalam Kiblat (Edisi Melayu/Jawi)Syeikh Abdul Malik bin AbdullahKarya Syeikh Muhammad Zain Aceh Yang TerkenalSyeikh Daud Abdullah Al-FathaniSejarah Fathani Syeikh Daud Al-FathaniIslam Terawal Masuk Ke PataniMelayu Patani Capai Kemajuan TeknologiKeterangan: Koleksi ini tidak dijualbeli kepada umum, dicetak sangat terbatas,hanya untuk pesanan perpustakaan dan pengkaji-pengkaji tertentu saja. No. 30Judul Koleksi Karya Ilmiyah Hj. Wan Mohd. Shaghir Abdullah Mengenai KitabMelayu/Jawi Dalam Jurnal Dewan Bahasa 1990-1991.Terbitan: Terbitan terhad/terbatas diedarkan hanya berdasarkan permintaansesiapa yang memerlu-lukannya.Kandungan: Karya-karya Klasik Abad 16: Bukti Bahsa Melayu Bahasa Ilmu, Februari1990. Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Meninjau Pemikiran Syeikh Ahmad bin Muhammad ZainAl-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Mac 1990.Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Meninjau Pemikiran Sheikh Nuruddin Ar-Raniri, Mei1990Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Meninjau Pemikiran Sheikh Nuruddin Ar-Raniri, Jun,1990Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Syeikh Abdul Malik Terengganu, Jurnal Dewan Bahasa,Julai 1990Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Meninjau Kitab Sabil Al-Muhtadin oleh SyeikhMiuhammad Arsyad Al-Banjari, Jurnal Dewan Bahasa, Ogos 1990.Bahasa Melayu Bahasa Ilmu: Menkaji Gaya Bahasa Dalam Kitab Hidayah as-SalikinSyeikh Abdus Samad Al-Falimbani, Jurnal Dewan Bahasa, September 1990Mengkaji Gaya Bahasa Dalam Kitab Tuhfah Ar-Raghibin Syeikh Muhammad Arsyad binAbdullah al-Banjari, Jurnal Dewan Bahasa, Oktober 1990Pendokumentasian Karya-Karya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani Yang BelumPernah Dicetak, Jurnal Dewan Bahasa, Nombember 1990Pendokumentasian Karya-karya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani Yang BelumPernah Dicetak, Jurnal Dewan Bahasa, Disember 1990Mengkaji Gaya Bahasa Dalam Kitab Furu?ful Masail Syeikh Daud bin Abdullahal-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Januari 1991.Mengkaji Gaya Bahasa Dalam Kitab Kasyful Litham Syeikh Zainal Abidin binMuhammad Al-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Februari 1991Mengenal Pelbagai Peristilahan Fekah dan Gaya Bahasa Dalam Kitab BughyatutTullab Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Mac 1991Mengkaji Kandungan Kitab Hidayatul Muta?fallim Syeikh Daud bin Abdullahal-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, April 1991.Mengkaji Karya Besar Kitab Al-Bahrul Wafi Syeikh Muhammad bin Ismail DaudAl-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Mei 1991.Matla?ful Badrain Kitab Fiqhi Yang Termasyhur di Dunia Melayu Syeikh Muhammadbin Ismail Al-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Jun 1991Mengenal Kitab Hadiqatul Azhar Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain Al-Fatani, JurnalDewan Bahasa, September 1991.Warduz Zawahir Kitab usuluddin Yang Terbesar Dunia Melayu Karya Syeikh Daud binAbdullah al-Fatani, Jurnal Dewan Bahasa, Oktober 1991.Keterangan: Koleksi ini tidak dijualbeli kepada umum, dicetak sangat terbatas,hanya untuk pesanan perpustakaan dan pengkaji-pengkaji tertentu saja.
Untuk Maklumat Lanjut dan Pesanan, Sila Hubungi Alamat Berikut: KHAZANAH FATHANIYAH707A, Tingkat Bawah PSN A Sri Terengganu Blok BJalan Sentul Selatan51000 Kuala LumpurMalaysia. Tel: 03-4454745, Fax: 03-6883790




Faham Sunni dan Kesederhanaan Islam


Faham Sunni dan Kesederhanaan Islam Fahaman Sunni atau Ahli Sunnah Waljamaah merupakan aliran utama mendominasi majoriti umat Islam sedunia termasuk di Alam Melayu sejak berzaman. Yang dimaksudkan faham sunni ialah berpaksikan kepada kefahaman berdasarkan al-Quran dan Sunnah. Ijma’ ulama menetapkan teras utama faham sunni ialah berdasarkan epistimologi dan methodologi Ahli Sunnah Waljamaah seperti akidah mengikut manhaj Imam Asyaari dan Imam Maturidi, Fiqh dengan salah satu empat mazhab muktabar (iaitu mazhab Hanbali, Maliki, Hanafi atau Syafei) dan tasawuf dengan manhaj Imam Junaid, Imam Ghazali atau mana-mana tariqah sufi muktabar. Rantau Alam Melayu merupakan rantau sunni semenjak kedatangan Islam hasil berkat dakwah para pedagang dan ulama sufi yang datang berdakwah. Penerapan Islam kepada umat Melayu telah berjaya membawa kepada pembentukan tamadun dan peradaban Melayu Islam dan terbentuknya suatu pemerintahan Kerajaan Melayu Islam seperti Pasai, Mataram, Demak dan Melaka. Sememangnya kecemerlangan ketamadunan Melayu Islam adalah berpaksikan kepada faham sunni dan kesederhanaan Islam didalam memahami tuntutan dan kefahaman daripada al-Quran dan Sunnah. Ancaman Aliran Bukan Sunni Fahaman bukan sunni ialah suatu kefahaman yang bertentangan dan tidak menepati dengan akidah yang sahih dan kefahaman al-Quran dan Sunnah. Antara yang dimaksudkan ialah Syiah, Batiniah, Salafi Wahabi dan Islam Liberal dan pelbagai fahaman lain. Daripada aliran akidah tersebut umat Islam berpecah kepada pelbagai ideologi fahaman terhadap agama mengikut fahamannya tersendiri hasil pengaruh pengajian dan pembacaan serta pengkajian masing-masing. Pihak barat secara prihatin dengan agenda tersirat telah mengklafikasikan aliran pemikiran kalangan umat Islam dengan label tertentu, walaupun realiti ianya tidak tepat kerana aliran pemikiran adalah begitu kompleks dan berubah-ubah. Namun secara umum, penting diketahui pembahagian tersebut iaitu antaranya aliran tradisionalis,/konservatif, fundamentalis, reformis/moderat/progresif dan liberal. Daripada pelbagai aliran akidah tersebut umat Islam dikategorikan dengan pelbagai aliran pemikiran tersebut samaada dikenali Wahabi Moderat, Sunni Moderat, Syiah Moderat, Sunni Konservatif, Wahabi Konservatif dan Syiah Konservatif, Sunni Liberal, Syiah Liberal, Wahabi Liberal, Neo-Traditionalis, Neo-Wahabi dan pelbagai label dengan ‘isme-isme’ (iaitu ideologi dan pemikiran) tertentu berdasarkan kumpulan fahaman masing-masing. Siapakan yang dimaksudkan Sunni, Wahabi dan Liberal dan siapakah tokohnya dan apakah yang dimaksudkan aliran traditionalis/konservatif. Modenis, liberal dan fundamnetalis.? Aliran Traditionalis ialah fahaman berpaksikan kepada faham teks al-Quran dan Sunnah dan berpegang kepada ulama tertentu. Dan dikatakan fanatik dan taklid kepada tokoh dan kitab tertentu. Iaitu berpegang kepada mazhab dan tariqat tertentu. Antaranya institusi tersebut ialah pondok/pesantren, tariqat sufi, al-Azhar. Antara tokohnya ialah Imam Ghazali, Imam Suyuti, Maulana Zakaria al-Kandahlawi, Syekd Ahmad al-Fathoni, Syeikh Daud al-Fathoni, Syekh Ahmad Zaini Dahlan, Syeikh Yasin al-Fadani, Syekh Waliyullah al-Kandahlawi , Said Nursi dan ramai lagi. Aliran Fundamentalis dinisbahkan golongan yang mendakwa berpegang kepada al-Quran dan Sunnah dan mendakwa mengikut golongan Salafussoleh (iaitu dinisbahkan golongan yang hidup 300 tahun selepas Baginda SAW) walaupun jelas tidak sama sekali. Menggunakan pelbagai jenama dan pelbagai institusi serta gerakan tersendiri. Antara tokohnya ialah Ibn Taimiah, Ibn Qayyim, Muhammad bin Wahab, Nasrudin Albani dan ramai lagi. Aliran Modenis/reformis iaitu golongan yang melihat realiti semasa dan banyak mengunakan akal disamping nas dan teks bagi kesesuaian zaman. Antaranya ada yang Sunni, Syiah, Wahabi atau Liberal. Antara tokohnya Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, Nurcholis Majdid, Fazlur Rahman, Yusuf al-Qardawi, Ismail Faruqi, Fethullah Gulen, Ali Syariati, Mohd Iqbal dan ramai lagi Aliran Liberal mereka menggunakan akal dalam memahami nas secara konteks dan tidak mengikut methodologi Ilmu Islam. Bahkan akal digunakan sepenuhnya sehingga melangkaui nas. Antara tokohnya seperti Ali Abdul Raziq, Hasan Hanafi, Taha Hussin, Nucholis Majdid, Ali Syariati, Farish A. Noor, Ianya dikatakan mirip dengan fahaman Muktazilah. Sememangnya istilah aliran pemikiran yang dilabelkan oleh barat kurang tepat kerana daripada aliran akidah tersebut adanya yang bersikap konservatif, modenis, liberal dan progresif dan begitu kompleks untuk ditetapkan secara tepat. Bahkan Islam sememangnya agama yang liberal, progresif dan moderat sebagaimana tuntutan al-Quran dan Sunnah yang menepati fitrah manusia dan bukannya mengikut takrifan barat. Aliran Islamisasi iaitu dinisbahkan kepada gerakan Islam mengambil apa yang baik dari barat dan digabungkan dengan agama dan Islam mengikut acuan Islam bagi kebaikan dan kehendak gerakan mereka, namun gerakan Islam juga cenderung kepada aliran pemikiran tertentu. Permasalahan dunia massa hari ini ialah pelampau/ekstrimis Islam yang berpaksikan kepada fahaman dan ideologi agama terutama golongan yang dimaksudkan ialah bukan sunni dan fahaman yang paling banyak mendominasi membentuk fahaman keras ekstrimis ialah Syiah dan Wahabi kerana berpegang kepada konsep takfir, bid’ah, syirik dan kufur. Memahami al-Quran dan Sunnah mengikut pegangan mereka tersendiri.. Hakikatnya semua fahaman yang bukan sunni tidak menepati kehendak Quran dan Sunnah adalah pelampau kerana memahami agama mengikut fahaman mereka dan tokoh-tokohnya. Begitu juga golongan jumud yang sukar terima perubahan dan kebaikkan masa kini dan selesa dengan tinggalan lama dan sekadar berbangga dengannya. Adalah menjadi fitrah ada yang betul sudah pasti ada yang palsu, ada hak adanya batil. Bahkan fahaman-fahaman yang mengelirukan memberi perspeksi negatif terhadap Islam dan umatnya. Barat dan Agenda terhadap Dunia Islam Barat sentiasa memandang dengan curiga terhadap umat Islam dengan perspeksi negatif. Ini berikutan mereka masih mewarisi bahawa Islam dan Umat Islam sebagai ancaman kepada peradaban barat. Sebagaimana Firman Alllah Taala yang bermaksud: (Tidak akan redha orang Yahudi dan nasrani sehingga kamu mengikut telunjuk mereka). Al-Baqarah:120 Dasar neo imperialisme masih wujud kalangan Negara barat bagi agenda dan hegemoni mereka di zaman moden ini dengan pendekatan baru dan strategis. Dengan kajian mereka dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan umat Islam dan menggerakkan agenda mereka untuk memecahbelahkan umat Islam secara langsung atau sebaliknya. Bagi memastikan umat Islam terus bertelingkah dan berselisih sesama sendiri. Jurang perbezaan fahaman dan pendapat kalangan umat Islam diperbesarkan dan barat mendokong samaada secara moral, dana atau politik mana-mana pihak yang membawa keuntungan bagi agenda mereka. Ukhuwah Islamiah dan kesedaran kepada penghayatan Islam dengan roh yang hakiki menjadi ancaman justeru umat Islam tidak boleh dibiarkan bersatu. Aliran akidah kalangan umat Islam dilagakan antara Sunni, Syiah dan Wahabi serta Islam Liberal. Bahkan barat mengetahui fahaman ekstrim dapat dimanipulasikan bagi agenda mereka seperti fahaman wahabi yang melampau digunakan untuk memerangi keganasan dan mencampuri urusan negara Islam di sebalik ‘agenda memerangi keganasan’ . Dan dengan ini ianya dapat memberi persepsi imej negatif terhadap umat Islam dan agama Islam sendiri. Aliran pemikiran Islam dilagakan antara traditionalis dengan fundamentalis atau liberal, agar umat Islam sibuk bertelingkah dengan pegangan masing-masing. Mana-mana pihak yang perlu disokong akan diberi sokongan samaada secara langsung atau secara tidak langsung. Bahkan mereka sedang membina rangkaian muslim liberal dan moderat yang dilihat lebih menepati citarasa barat. Pendekatan Wasatiyyah Islam Kesederhanaan Islam harus dipupuk dan diperkasakan bagi mengembalikan roh Islam dan peradaban hakiki bagi umat sejagat. Kepentingan kefahaman al-Quran dan Sunnah berpaksikan faham Sunni dengan mengembalikan roh Islam ketempat sewajarnya dengan pembangunan rohani. Pentingnya memahami konteks semasa dan zaman kini harus ditunjangi dengan ijtihad dan tajdid yang betul dari kalangan ahlinya serta memahami ‘maqasid as-Syariah’. Sememangnya Islam agama keamanan untuk umat dan alam sejagat Anjakan paradigma dan pemikiran yang jernih harus difahami. Pendekatan hikmah harus dipupuk dari taklid buta kepada rasional dan ilmiah, dari jumud kepada keterbukaan, dari ekstrim kepada kesederhanaan dan berhikmah, dari fanatik kepada toleransi, dari iktilaf kepada penyatuan dan gabungan. Kepentingan memahami antara turath dan moden dan gabungannya bagi kehidupan kini dan masa depan. Jaringan Sunni harus diperkukuhkan dan membina ukhuwah Islamiah, titik persefahaman dicari dan perselisihan dielakkan, tautan mahhabah menjadi agenda penting, pembangunan rohani rahsia kekuatan umat Islam dibangunkan. Faham agama hendaklah dirujuk kepada ahlinya. Sebagaimana Firman Alllah Taala yang bermaksud ; (..Bertanyalah kepada ahli Zikir (ahlinya) sekiranya kamu tidak mengetahui ) al-Anbiyaa’ :7 Sabda Rasulullah SAW (…Para Ulama pewaris para nabi ) Riwayat al-Tirmizi. Menjadi Moderat antara golongan zahiriah dan golongan takwil, antara yang kaku dalam memahami nas dengan berlebihan dalam mentakwilkan nas. Pendekatan wasatiyyah membawa dasar faham agama yang sebenar dengan kefahaman, keyakinan dan pengamalannya. Epistimologi (faham ilmu) dan manhaj Sunni adalah penting bukannya campuran pengaruh syiah atau wahabi atau Islam Liberal. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud (…Dan sesiapa yang diberikannya kebaikan ialah diberikannya faham dalam agama). Riwayat al-Tirmizi Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud (…Buatlah yang lebih mudah dan janganlah mempersulitkan, buatlah mereka gembira dan jangan buat mereka lari.) muttafaq alaih. Peri pentingnya pembangunan rohani kerana paksi memahami agama ialah dengan kalbu disamping akal yang begitu terbatas. Manhaj teras bagi mempelajari ilmu agama adalah berguru dan talaqi dengan ahlinya disamping merujuk kepada kitab ulama Sunni dan muktabar. Penyucian hati aspek terpenting dan inilah ditekankan ulama hakikat. Tiga ilmu teras perlu diutamakan disamping ilmu agama dan akademik yang lain. Jaringan Sunni harus dimantapkan bagi mengekang fahaman bukan Sunni dan pelbagai aliran pemikiran yang bertentangan dengan tuntutan kefahaman agama yang sebenar. Seterusnya bagi membina tautan mahabbah dan ukhuwwah Islamiah. RUJUKAN Abdullah Zaidi Hassan, ‘Pemikiran Politik Di Kalangan Aktivis Muslim’. Abdul Rahman Hj Abdullah, ’Pemikiran Islam Di Malaysia: Sejarah dan Aliran’, USM & DBP 1998. Abdul Rahman Hj Abdullah,’Falsafah dan Kaedah Pemikiran: Perbandingan Pemikiran Barat dan Pemikiran Islam Dalam Menyelesaikan Masalah Manusia’, USM & Utusan Publications & Distributors sdn bhd, 2002. Ahmad Sunawari Long, Zulazmi Yaakub, ’Budaya dan Pemikiran Islam Mesir-Malaysia’,UKM 2006. Al-Ashari, Abu al-Hasan Ali b Ismail,’ al-Ibanah an Usul al-Diyanah’ Dar al-Bayan, Damsyik. 1990. Al-Baghdadi, Abdul al-Qahir b Tahir b Muhammad,’ al-Farq Baina al-Firaq,’ Dar Makrifah, Beirut. Angel Rabasa, Cheryl Benard, Lowell H.Schwartz, Peter Sickle, ’Civil Democratic Islam:Partners,Resources & Strategies’, Rand Corporation, 2003. Cheryl Benard ‘Building Muslim Moderate Network’, Rand Corporation, 2007. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,’Pt Lachtiar Baru Van Hoeve Hj Mahfuz Muhammad,’Aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah & Cabarannya Merentasi Abad’, Jabatan Mufti Negeri Sembilan, 2007. Hj Muzzaffar Dato’ Hj Mohamad, Tun Suzana Tun Hj Othman,’Ahlul Bait Rasulullah SAW, Dinasti Melayu dan Akhir Zaman’, Pustaka BSM Enterprise, 2003. Hj Muzaffar Dato’ Hj Mohamad, Tun Suzana Tun Hj Othman,’Hakikat Mencari Landasan Akhir Zaman, Crescent News(KL) sdn bhd, 2007. Hj Wan Mohd Saghir Abdullah,’Penutup Perdebatan Islam Alaf Kedua di Dunia Melayu’ Khazanah Fathaniyah, 1999. K.H. Sirajuddin Abbas, ‘I’tiqad Ahlussunnah Waljamaah’,PAP, cet.9, 2006. Sayyid Mohd b Alawi al-Maliki,’Mafahim Yajib An Tusahiha’, Daerah al-Auqaf Wal Syuun Islamiah, Dubai, UAE, 1995. Mohd Fuad al-Baqi,’ al-Mu’jam al-Mufaras Lil Alfaz al-Quran as-Syarif, Dar al-Hadis, Kaherah,1996. Mohd Ridhuan b Alias, ‘Analisis Kelemahan Gerakan Islam Di Malaysia: Satu Pandangan’. Rumaizuddin Ghazali,’Aliran-aliran Pemikiran Islam Di Malaysia’. Siddiq Fadzil, ‘Pemikiran Islam Kontemporari: Tinjauan Kritis Evaluatif tentang Tema dan Pola’. www.abim.org/mindamadani www.idealis-mahasiswa.net http://www.rand.org/ www.living-islam.org