Siapakah sebenarnya Ahli Bait itu? Apakah Ahli bait akan muncul dari keturunan (kerabat dekat) saja? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan diuraikan sebagai berikut :
” Sungguh Rasulullah SAW telah ditanya : “Hai Rasulullah apakah Allah mempunyai Ahli? Rasulullah Saw. Menjawab :”Ya, ahlul Qur’an, merekalah ahlullah dan orang yang dikhususkannya”.
Dari hadith ini, jikalau ahliyah itu yang dimaksud kerabat dekat, maka Rasulullah akan menjawab kerabat Allah dan kerabat al-Qur’an. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT :
” يا أهل يثرب لا مقام لكم فارجعوا “
Yang artinya: “Ya ahli Yasrib tidak ada tempat bermukim bagimu maka kembalilah”. (QS;Al-Ahzab:13). Allah tidak berfiman Ya kerabat yatsrib. Dan didalam kisah nabi Nuh as. Ketika anaknya tidak mau naik kapal bersamanya, maka sayidina Nuh berkata kepada Allah :
” ربي إن ابني من أهلي وإن وعدك الحق “
Yang artinya: “Tuhanku sesungguhnya anakku termasuk ahliku, dan sesunggguhnya janjimu itu benar”, (QS: Al-Hud: 45). Lalu Allah berfirman :
” إنه ليس من أهلك أنه عمل غير صالح “
Yang artinya: “sesungguhnya dia (anakmu) bukan termasuk ahlimu, dia beramal tidak saleh”. (QS: Hud : 46).
Dari sini kita memahami bahwasannya ahliyah itu lebih mulia dari sekedar kerabat dekat.
Setiap orang yang menasabkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW. dari jalan kerabat yaitu dari keturunan Sayidah Fatimah Al-Zahra (anak perempuan Nabi) maka dinamakan zurriyah dan tidak dinamakan Ahli. Sedangkan keturunan yang lebih baik kesalehannya dari zurriyah di namakan ‘Itrah sebagaimana sabda Rasulullah SAW :” Dan “itrahku itu Ahli baitku” Dan keturunan yang lebih baik kesalehannya dari ‘itrah itu dinamakan ahli, merekalah keturunan yang mempunyai ahliyah yang sesuai dinasabkan kepada Nabi SAW dengan nasab keimanan. Dan ini tidak hanya untuk Rasulullah saja, akan tetapi untuk semua orang mukmin sebagaimana firman Allah SWT :
” واللذين أمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم ”
Yang Artinya: ” Dan orang-orang yang beriman dan anak cucu (dzurriyah)nya mengikuti mereka dalam keimanan, maka kami golongkan anak cucu itu kepada mereka (orangtuanya). (QS: Al-Thur :21)
Jadi syarat untuk digolongkan adalah mengikuti (ittiba’), dan anaknya Nabi Nuh tidak digolongkan dengan orang tuanya karena syarat untuk dapat digolongkan itu tidak ada yaitu ittiba’, sebagaimana telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an:
” يا بني اركب معنا ولا تكن من الكافرين “
Yang artinya: “Hai anakku naiklah (ke kapal) bersamaku dan janganlah kau menjadi golongan orang –orang kafir. (QS: Al-Hud: 42). Lalu anaknya berkata:
” سآوي إلى جبل يعصمنى من الماء “
Yang artinya: “Aku akan lari ke gunung yang akan melindungiku dari air”. (QS: Al-Hud: 43),
Maka ketika syarat ‘itiba’ itu hilang, berarti dia telah menghilangkan ahliyahnya. Dan seakan-akan tingkatan ahliyah itu akan diperoleh setelah melalui proses dua kali penyaringan, yang pertama adalah keturunan itu lebih baik kesalehannya dari zurriyah atau setidakya dia tidak melanggar perintah Allah dan RasulNya dan yang kedua adalah keturunan itu lebih baik kesalehannya dari ‘itrah. Merekalah ahli baitnya Nabi yang berhak dan sesuai untuk mengemban kepercayaan dan menyampaikan risalah. Seperti itulah ahli bait dari setiap profesion atau bidang apa saja yang ahli dan sesuai untuk meneruskannya.
Allah SWT, berfirman :
” وكانوا أحق بها وأهلها “
Yang artinya: ” Merekalah yang lebih berhak dengan kalimat takwa itu dan ahlinya (pemiliknya)”. (QS: Al-Fath: 26). Dalam firman yang lain juga menjelaskan;
” جنات عدن يدخلونها ومن صلح من آبائهم وأزواجهم وذرياتهم “
Yang artinya: ”(yaitu) syurga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya. (QS: Al Ro’d: 23).
Dari sinilah seorang anak dapat mengambil nasab kesalehan orangtuanya dan digolongkan kepadanya jikalau mengikutinya, karena dengan ittiba’ sang anak, seketika itu pula dia telah menjadi ahli dari orang tuanya. Dan bagi kita jangan berkecil hati, karena ada jalan lain yang dapat membawa kita menjadi ahli bait, yaitu dengan keimanan sebagaimana yang telah dilakukan oleh sayidina Salman Al-Farisi, saidina Bilal bin Rabah al-Habsy dan saidina Shuhaib al-Rumi. Sungguh Rasulullah telah memberi mereka itu kemuliaan nasab kepada Beliau walaupun mereka bukan termasuk dari keturunanNya. Rasulullah SAW bersabda :
” سلمان منا اهل البيت ”
Yang artinya :” Salman termasuk dari kami ahli bait “. Rasul bersabda :
” بلال منا اهل البيت “
Yang artinya :” Bilal termasuk dari kami ahli bait”. Dan juga Rasul bersabda :
” سهيب منا اهل البيت “
Yang artinya :” Suhaib Termasuk dari kami ahli bait”.
Allah SWT, berfirman :
” النبى أولى بالمؤمنين من أنفسهم وأزواجه أمهاتهم “
Yang artinya: “Nabi Muhammad adalah paling utamanya orang-orang mukmin dan isteri- isterinya adalah para ibu mereka”. (QS: Al-Ahzab: 6). Ketika para isteri Nabi itu adalah sebagai para ibu dari orang-orang mukmin maka ini adalah dinasabkan kepada Rasulullah atas dasar keimanan maksudnya bahwa nasabnya mereka kepada Rasulullah adalah ali maka dinamakan ali bait. Dan pada akhirnya berkumpul dua nasab yaitu nasab keimanan dan nasab keturunan yang soleh dinamakan ahli bait.
Seseorang tidak akan termasuk didalam kemuliaan ini kecuali dengan iman dan ittiba kepada Rasulullah walaupun itu termasuk keturunan Beliau sebagaimana sabda Nya : “Barang siapa yang mentaati aku maka ia masuk surga walaupun budak habsyi, dan barang siapa yang mendurhakaiku maka ia masuk neraka walaupun orang mulia Quraisy”.
Walaa Haula walaa quwata illa billah.
__________________________
sumber: http://ustazmoden.wordpress.com/2008/04/03/link-menarik-pilihan-ustaz/