Epistimologi Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali memandang bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui dua cara. Pertama, melalui belajar dibawah bimbingan seorang guru, serta dengan menggunakan indera dan akal. Melalui cara ini, manusia mengenal inderawi, menghasilkan ilmu dan pengetahuan, serta mempelajari huruf dan keahlian. Kedua, melalui belajar yang bersifat Rabbani atau belajar Ladunni, dimana terungkap pengetahuan hati secara langsung melalui ilham dan wahyu.
Pengetahuan yang
bersifat Rabbaniyah atau pengetahuan Ladunniyah adalah tingkatan tertinggi
pengetahuan.
Pengetahuan ini membutuhkan ibadah, kezuhudan Mujahadah (mendekatkan diri
kepada Allah), dan olah batin (Riyadhah an-Nafs) atas akhlak yang mulia.
Sepertinya al-Ghazali mengaitkan antara keluhuran dan kesempurnaan jiwa manusia
dengan keluhurannya dalam memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, semakini
meningkat dan luhur jiwa manusia melalui kontrakanya dengan Allah SWT, maka
semakini berkembang pengetahuannya.
Pengetahuan yang
diperoleh manusia melalui alat indera dan akal adalah pengetahuan yang
terbatas, dan pengetahuan itu sendiri tidak mengaitkan manusia dan alam ghaib.
Sedangkan pengetahuan Rabbaniyah adalah satu-satunya pengetahuan yang
mengaitkan manusia dengan Allah SWT. pengetahuan inilah yang dapat membuat
manusia memperoleh ketenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan pengetahuan sejati. Dan manusia tidak akan
memperoleh pengetahuan Rabbaniyah, kecuali melalui pembersihan jiwa dari
sifat-sifat tercela, dan pendekatan jiwa dengan sifat-sifat terpuji yang
membuatnya siap menerima pengetahuan Rabbaniyah, yaitu pengetahuan sejati.
Aksiologi Al-Ghazali
Menurut Imam Al-Ghazali orang sufi benar-benar berada di atas jalan yang benar , berakhlak yang baik dan berpengetahuan. Manusia sejauh mungkin meniru perangai dan sifat-sifat Tuhan seperti pengasih, penyayang, pengampun (pemaaf), dan sifat-sifat yang disukai Tuhan, sabar, jujur, takwa, ikhlas, zuhud, beragama dan sebagainya. Dalam Ihya ‘Ulumuddin itu Al-Ghazali mengupas rahasia-rahasia ibadat dan tasawuf dengan mendalam sekali. Misalnya dalam mengupas soal at-thaharah ia tidak hanya mengupas kebersihan badan lahir saja, tetapi juga kebersihan rohani. Dalam penjelasannya yang panjang lebar tentang salat, puasa, dan haji. Kita dapat menyimpulkan bahwa bagi Al-Ghazali semua amal ibadah yang wajib itu merupakan pangkal dari segala jalan pembersihan rohani.
Al-Ghazali melihat sumber kebaikan manusia itu terletak pada
kebersihan rohaninya dan asa akrabnya terhadap Tuhan. Sesuai dengan prinsip
Islam, Al-Ghazali menganggap Tuhan sebagai pencipta yang aktif berkuasa, yang
sangat memelihara dan menyebarkan rahmat bagi sekalian alam.
Alghazali juga sesuai dengan prinsip Islam, mengakui bahwa
kebaikan tersebar di mana-mana, juga materi. Hanya pemakainya yang
disederhanakan, yaitu kurangi nafsu dan jangan berlebihan.
Metode Pendidikan Islam
Dalam hal yang berhubungan dengan metode pendidikan Islam, Al-Ghazali menekankan pentingnya bimbingan dan pembisaaan. Dalam menerapkan metode tersebut Al-Ghazali menyarankan agar tujuan utama dari penggunaan metode tersebut di selaraskan dengan tingkat usia, tingkat kecerdasan, bakat dan pembawaan anak dan tujuannya tidak lepas dari hubungannya dengan nilai manfaat. Oleh karena itu dalam metode pendidikannya ini Al-Ghazali cenderung mendasarkan pemikirannya pada prinsip ajaran sufi (penyucian jiwa) dan pragmatis (nilai guna).
Dalam uraiannya yang lain, Al-Ghazali juga meletakkan prinsip
metode pendidikan pada aspek mental atau sikap, sebagaimana kata-kata beliau
“wajib atas para murid untuk membersihkan jiwanya dari kerendahan akhlak dan
dari sifat-sifatnya yang tercela, karena bersihnya jiwa dan baiknya akhlak
menjadi asas bagi kemajuan ilmu yang dituntutnya.”
Dan hal tersebut dapat
digunakan dengan menggunakan berbagai macam metode antara lain: metode
keteladanan, metode bimbingan dan penyuluhan, metode cerita, metode motivasi,
dan sebagainya.
Selain
itu menurut Imam
Al-Ghazali dalam
metode pendidikan ini ada dua macam kecenderungan yaitu:
a. Kecenderungan religius sofistis, yang meletakkan ilmu-ilmu agama di atas pemikirannya. Dan melihatnya sebagai alat untuk menyucikan jiwa dan membersihkannya dari kotoran duniawi. Dengan demikian ia menekankan kepentingan akhirat yang menurutnya harus di kaitkan dengan pendidikan agama.
b. Kecenderungan aktualitas manfaat yang tampak dari tulisan-tuliasannya meskipun ia seorang sufi dan tidak suka kepada duniawi, namun dia mengulangi penilaiannya terhadap ilmu-ilmu menurut kegunaanya bagi manusia baik di dunia ataupun di akhiratnya.
a. Kecenderungan religius sofistis, yang meletakkan ilmu-ilmu agama di atas pemikirannya. Dan melihatnya sebagai alat untuk menyucikan jiwa dan membersihkannya dari kotoran duniawi. Dengan demikian ia menekankan kepentingan akhirat yang menurutnya harus di kaitkan dengan pendidikan agama.
b. Kecenderungan aktualitas manfaat yang tampak dari tulisan-tuliasannya meskipun ia seorang sufi dan tidak suka kepada duniawi, namun dia mengulangi penilaiannya terhadap ilmu-ilmu menurut kegunaanya bagi manusia baik di dunia ataupun di akhiratnya.
Buku
Karya Imam al Ghazali, Kitab Karangan al-Ghazali
Hujjatul islam Imam
Al-Ghazali adalah seorang penulis produktif yang handal dalam khazanah ilmu
pengetahuan umum dan Islam.
Sejumlah buku karya imam al-ghazali kini
tersebar ke seluruh penjuru dunia dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa.
Berikut ini karya-karya al-ghazali menurut klasifikasi bidang keilmuan.
Karya imam al-ghozali
dalam bidang Fiqih dan ushul fiqih yaitu:
§
al-Ta’liqah
§
Khulashat al-mukhtashr
wa naqawat al-mu’tashr.
§
Tahddzib al-ushul.
§
Ghayat al-ghawr fi
diryat al-dawar.
§
al-Mustashfa min ‘ilm
al-ushul.
§
Asas al-qiyas.
§
al-Mankhul min
ta’liqat al-ushul.
§
al-Basithh.
§
al-Wasith fi
al-mathab.
§
al-Wajiz fi fiqh
al-imam al-shafi’i.
§
Fatawa al-Ghazali.
Buku Karya imam al-ghazali dalam bidang ilmu
Tasawuf dan Akhlaq:
§
Mizan al-’amal.
§
Bidayat al-hidayah.
§
al-’Ara’bin fi ishul
al-din.
§
Kimiyaus sa’adah.
§
Ayat al-walad
al-muhib.
§
Nashihat al-muluk.
§
Zad akhart.
§
Ihya’ ‘ulumuddin.
§
al-Munqidhz minad
dzhzalal.
§
Sirr al-’alamin wa
kashf ma’ fi al-darain.
§
Minhajul ‘abidin.
§
al-Imala’ ‘ala
Ishkalat al-Ihya.
Kitab Karya al-ghazali dalam bidang ilmu Kalam
dan ushuluddin:
§
al-Mustadzhiri au
Fadza’ih al-bathiniyyah wa fadza’il al-mustadhiriyyah.
§
Ḥujat al-haq.
§
Qawashim al-bathiniyah
awa jawab al-masa’il al-’arba’ al-lati sa’alaha al-bathiniyah bi-hamadhan.
§
al-Maqashid al-’asna
fi syarhi ‘asma’ Allahu al-husna.
§
Jawahir al-qur’aan wa
duraruhu.
§
Fayashl al-tafriqah
bayn al-Islam wa zanadiqah.
§
Misykatul anwar.
§
al-Iqtishad fil
I’tiqad.
§
al-Risalah
al-qudsiyah.
§
Mufashil al-khilaf.
§
Iljam al-’awamm ‘an
‘ilm al-kalam.
§
Al-hikmah fi
makhluqatillah.
§
Qanun al-ta’wil.
Karya imam al-ghazali dalam bidang ilmu
manthiq/logika:
§
al-Muntakhal fi
al-jidal.
§
Mi’yar al-’ilm fi fan
al-manthiq.
§
Mihak al-nadzar fi
al-manthiq.
§
al-Madznun bihi ‘ala
ghyar ahlihi.
§
Maqashid al-falasifah.
§
Tahafut al-falasifah.
§
al-Qisthas
al-mustaqim.
§
Ma’arij al-quds fi
madarij ma’rifat al-Nafs.
Kitab, buku Karya imam al-ghazali dalam
berbagai bidang ilmu lainya:
§
Maktubat imam
al-Ghazali.
§
Majmu’atur Rasail
al-Imam al-Ghazali.
§ Imam Al Ghozali termasuk
penulis yang tidak terbandingkan lagi, kalau karya imam Al Ghazali diperkirakan
mencapai 300 kitab, diantaranya adalah :
§ 1. Maqhasid al falasifah
(tujuan para filusuf), sebagai karangan yang pertama dan berisi masalah-masalah
filsafah.
2. Tahaful al falasifah (kekacauan pikiran para filusifi) buku ini dikarang sewaktu berada di Baghdad di kala jiwanya di landa keragu-raguan. Dalam buku ini Al Ghazali mengancam filsafat dan para filusuf dengan keras.
3. Mi’yar al-‘ilmi/miyar almi (kriteria ilmu-ilmu).
4. Ihya’ ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama). Kitab ini merupakan karyanya yang terbesar selama beberapa tahun ,dalam keadaan berpindah-pindah antara Damakus, Yerusalem, Hijaz, Dan Thus yang berisi panduan fiqih, tasawuf dan filsafat.
5. Al munqiz min al dhalal (penyelamat dari kesesatan) kitab ini merupakan sejarah perkembangan alam pikiran Al Ghazali sendiri dan merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan mencapai tuhan.
6. Al-ma’arif al-aqliyah (pengetahuan yang nasional)
7. Miskyat al anwar (lampu yang bersinar), kitab ini berisi pembahasan tentang akhlak dan tasawuf.
8. Minhaj al abidin (jalan mengabdikan diri terhadap tuhan).
9. Al iqtishad fi al i’tiqod (moderisasi dalam aqidah).
10. Ayyuha al walad.
11. Al musytasyfa
12. Ilham al –awwam an ‘ilmal kalam.
13. Mizan al amal.
14. Akhlak al abros wa annajah min al asyhar (akhlak orang-orang baik dan kesalamatan dari kejahatan).
15. Assrar ilmu addin (rahasia ilmu agama).
16. Al washit (yang pertengahan) .
17. Al wajiz (yang ringkas).
18. Az-zariyah ilaa’ makarim asy syahi’ah (jalan menuju syariat yang mulia)
19. Al hibr al masbuq fi nashihoh al mutuk (barang logam mulia uraian tentang nasehat kepada para raja).
20. Al mankhul minta’liqoh al ushul (pilihan yang tersaing dari noda-noda ushul fiqih).
21. Syifa al qolil fibayan alsyaban wa al mukhil wa masalik at ta’wil (obat orang dengki penjelasan tentang hal-hal samar serta cara-cara penglihatan).
22. Tarbiyatul aulad fi islam (pendidikan anak di dalam islam)
23. Tahzib al ushul (elaborasi terhadap ilmu ushul fiqiha).
24. Al ikhtishos fi al ‘itishod (kesederhanaan dalam beri’tiqod).
25. Yaaqut at ta’wil (permata ta’wil dalam menafsirkan al qur’an).
2. Tahaful al falasifah (kekacauan pikiran para filusifi) buku ini dikarang sewaktu berada di Baghdad di kala jiwanya di landa keragu-raguan. Dalam buku ini Al Ghazali mengancam filsafat dan para filusuf dengan keras.
3. Mi’yar al-‘ilmi/miyar almi (kriteria ilmu-ilmu).
4. Ihya’ ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama). Kitab ini merupakan karyanya yang terbesar selama beberapa tahun ,dalam keadaan berpindah-pindah antara Damakus, Yerusalem, Hijaz, Dan Thus yang berisi panduan fiqih, tasawuf dan filsafat.
5. Al munqiz min al dhalal (penyelamat dari kesesatan) kitab ini merupakan sejarah perkembangan alam pikiran Al Ghazali sendiri dan merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan mencapai tuhan.
6. Al-ma’arif al-aqliyah (pengetahuan yang nasional)
7. Miskyat al anwar (lampu yang bersinar), kitab ini berisi pembahasan tentang akhlak dan tasawuf.
8. Minhaj al abidin (jalan mengabdikan diri terhadap tuhan).
9. Al iqtishad fi al i’tiqod (moderisasi dalam aqidah).
10. Ayyuha al walad.
11. Al musytasyfa
12. Ilham al –awwam an ‘ilmal kalam.
13. Mizan al amal.
14. Akhlak al abros wa annajah min al asyhar (akhlak orang-orang baik dan kesalamatan dari kejahatan).
15. Assrar ilmu addin (rahasia ilmu agama).
16. Al washit (yang pertengahan) .
17. Al wajiz (yang ringkas).
18. Az-zariyah ilaa’ makarim asy syahi’ah (jalan menuju syariat yang mulia)
19. Al hibr al masbuq fi nashihoh al mutuk (barang logam mulia uraian tentang nasehat kepada para raja).
20. Al mankhul minta’liqoh al ushul (pilihan yang tersaing dari noda-noda ushul fiqih).
21. Syifa al qolil fibayan alsyaban wa al mukhil wa masalik at ta’wil (obat orang dengki penjelasan tentang hal-hal samar serta cara-cara penglihatan).
22. Tarbiyatul aulad fi islam (pendidikan anak di dalam islam)
23. Tahzib al ushul (elaborasi terhadap ilmu ushul fiqiha).
24. Al ikhtishos fi al ‘itishod (kesederhanaan dalam beri’tiqod).
25. Yaaqut at ta’wil (permata ta’wil dalam menafsirkan al qur’an).