Salawat yang tiada berputusan serta salam yang tiada berhabisan kepada abdi dan rasulNya junjungan kita Muhammad, pemilik panji kepujian yang mengikrarkan hakikat namanya sebagai mu'jizat nyata yang terus berlaku; yang Meskipun zahir berbentuk bashari, Batinnya bangsa terlalu safi, Kerana peri haknya ruhani Pernah berkata lisannya murni:
Sebagai nabi aku terkandung Dalam rahasia di Balai Agung, Padahal Adam masih terapung Antara air dan tanah lempung. Meskipun rupaku anak Adam, Darjatku asal terlebih kiram. Tatkala Adam belum teringat, Tatkala Kalam belum tersurat Dan Papantulis belum tercatat, Sudah terpandang oleh kunhi Zat Seri wajahku di dalam mirat. Sinaran sani cahaya kamalat, Pancaran murni asma dan sifat, Rumusan seni segala makhlukat Yang zahir pada cermin hakikat - Dalam diriku semua terlibat. yang awal dicipta dan akhir menjelma, sehingga kedatangannya seperti yang datang dari Jauh ditunggu-tunggu; imam segala nabi dan khatimnya semua, laksana permata jawhar bercahayakan air asali menghiasi gelang para anbiya, laksana mohor Raja Agung yang pertama-mula menerapkan kalimah tawhid pada kalbu-diri Insan; yang terbit bagai bulan purnama cahayanya indah mengusir kegelitaan malam Jahiliah; yang katanya sungguh dan benar dan caranya betul belaka; tauladan terbaik bagi anak Adam dan rahmat Ilahi bagi sekalian alam. Seterusnya kepada keluarganya yang dipersuci kesuciannya, yang nasabnya tumbuh teguh dalam Sejarah, laksana pohon yang akarnya membenam merangkum bumi dan daunnya melambai di langit murni. Dan kepada para sahabatnya yang bagai bintang tetap bertabur menghiasi langit kelam, laksana lantera laut memandu bahtera ke pantai Salam.
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Muqaddimah Risalah